Selasa, 20 Agustus 2013

Ketika Keperawan Dipertanyakan

Problematika di negara ini memang tiada habisnya. Dan baru-baru ini muncul sebuah berita baru di sektor pendidikan. Apakah itu ? Silakan Anda baca disini.


Keperawan dan keperjakaan memang menjadi harta berharga bagi setiap manusia. Namun, akibat globalisasi yang makin deras serta pergaulan yang tak tertata lagi, keperawan dan keperjakaan menjadi kehilangan nilanya. Ini memang menjadi keprihatin kita semua, termasuk pemerintah.


Sejauh ini, yang kita lihat pemerintah berusaha mencari solusi demi solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Kenyataannya masih belum menemukan cara yang ampuh. Hingga naiklah kepermukaan berita yang Anda baca diatas.


Bagi saya, Undang-Undang tidak cukup efektif. Kenapa? Karena kenyataan besar Undang-Undang dibuat untuk dilanggar. Bukan begitukah? Bukan berarti negara ini tidak butuh Undang-Undang. Bukan! Undang-Undang buat saya adalah kuantintas. Nah, kalau kita hanya bergerak dari sudut kuantintas saja dampaknya tidak akan bertahan lama. Selain itu Undang-Undang juga dapat menciptakan diskriminatif atau penggolongan-penggolongan yang dapat mempengaruhi psikologis seseorang. Lalu, dengan cara apakah kita menyeselaikan masalah ini? Menurut saya, kita juga harus bergerak dari sudut kualitas. Ya, kualitas! Seringkali bahkan hal ini terlupakan oleh kita. Padahal, kualitas adalah dasar yang penting untuk 'pembangunan' kehidupan.

Kualitas dimulai dari:
1. Keluarga
Disinilah, peran orang tua dan keluarga sangat menentukan karena anak-anak ada di negara ini, lahir di negara ini dari dua insan yang berbeda lalu memutuskan hidup bersama dan menjadi keluarga kecil. Orang tua harus tetap memberikan pendidikan yang cukup bagi anak-anaknya. Pendidikan disini tidak serta merta soal akademis saja, tapi dari segi perilaku, kebiasaan, tata cara, akhlak, dan sebagainya. Keluarga memang lingkup kecil namun jika tidak diperkokoh sangat fatal akibatnya. So, Orangtua dan keluarga tidak boleh acuh tak acuh. Jangan karena anaknya sudah disekolahkan, lalu melepaskan tanggungjawabnya.


2. Tenaga pendidik
Tenaga pendidik biasanya adalah guru atau dosen. Dan sudah pasti seorang tenaga pendidik adalah memberi pengajaran. Tugasnya juga tidak beda jauh dari point pertama.


3. Lingkungan
Lingkungan menjadi pengaruh cukup signifikan dari gaya hidup anak-anak. Karena itu lingkungan harus memberikan konstribusi positif agar karakter anak-anak yang baik tidak luntur.


4. Pemerintah 
Sudah seharusnya pemerintah mulai menelaah lebih jauh dengan hati nurani terhadap hal-hal negatif di negara ini. Seperti pergaulan bebas, narkoba, alkohol, rokok, dan sebagainya. Kalau saja ini ditindak lebih tegas, tentu semakin minim dampaknya.


Kesimpulannya:

Baik keluarga, tenaga pendidik, lingkungan dan pemerintah merupakan contoh atau teladan bagi anak-anak Indonesia. Karena itu, kita butuh kerja sama yang efektif untuk menghasilkan generasi penerus bangsa yang kompeten. Kompeten bukan saja dari segi akademis namun juga karakter. Mari, kita bersatu hati, satukan visi, untuk Indonesia yang lebih baik.



Demikanlah pendapat saya. Terima kasih.
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar