Minggu, 28 Juni 2020

Maafkan Dirimu








Beberapa waktu lalu, aku mendengarkan sedikit sharing dari salah satu publik figur di Indonesia lewat IG Live. Themanya tentang parenting sebenarnya namun ada satu kalimat yang beliau utarakan mengusik hati aku sendiri (dan seperti pas dengan apa yang aku lagi alami)

Kira-kira begini kalimatnya : 

"Kalau kurang disini besok coba lagi. Kurang disana besok coba lagi. Maafin diri sendiri. Kan Tuhan kasih hari baru tiap hari."



Maafin diri sendiri  ?

Dahiku berkerut seraya memikirkan arti dari kalimat itu.


Sehari sebelumnya . . .

Seperti biasa aku suka mikirin mau kerjain apa pas di kantor. Dalam otakku udah dirancang akan kerjain ini, kerjain itu. Ter-planning gambaran besarnya. Tapi kenyataanya, hari itu aku kudu kerjain yang bukan bagian dari perencanaanku dan wajib selesai. Karena masih dari tanggungjawabku juga, akhirnya aku kerjain. Tugas itu buayaaakkk banget dan kudu melalui proses panjang. Masalah datang dari diriku sendiri. Meski aku berhasil mengerjakan deadline bejibun tersebut, ada rasa tidak puas. Yap. Aku tak puas karena plan aku berantakan semua. Bisa dikatakan plan yang aku buat tidak berhasil dijalani.


Dalam keadaan demikian, aku tetap berusaha untuk bahagia. Mengubah sudut pandang, menenangkan hati and say "It's okay Jess".


***


Mengapa harus mulai memafkan diri sendiri ?


Pertanyaan perenungan diri sendiri selama sepekan ini.


Beberapa poin yang bisa aku share buat kalian :


1.  Kita sudah lebih dulu diampuni Tuhan
- Kita ini hamba dosa. Upah dosa itu maut. Kita sebenarnya gak layak dapat kehidupan. Tapi karena cinta-Nya Dia mau datang dan mengampuni kita.


2. Belajar menerima diri apa adanya
- Percayalah setiap kita unik. Kita memiliki journey yang berbeda-beda. Sekelam atau secerah apapun hidup kita, itu adalah hidup kita sendiri. Semakin kita menyadari keberadaan kita yang berharga, semakin kita bisa terima diri apa adanya.


3. Menjaga kesehatan mental
- Aku pribadi, memang lagi fokus sama hal ini. Sebagian keputusan kita datang dari seberapa tajam kita mengelola mental, kecerdasaan emosional kita. Oleh sebab itu, manage kesehatan mental sama pentingnya dengan manage kesehatan fisik.


4. Kita jadi secure
- Yes, gak ada lagi namanya ketakutan tak berarti. Keputusan yang kita buat lahir dari kesadaran rasa aman kita. Jadi lebih kokoh dan ontentik.



***

Kalau kita bisa memaafkan diri sendiri secara utuh, (tentu dengan pertolongan Tuhan) kita mampu untuk memaafkan orang lain lebih tulus dan ikhklas.


It's okey ada yang gagal.

It's okey hari ini tidak sesuai rencana

It's ok temen nyebelin

It's okay masa lalu kita kurang baik

It's okay, everything is gonna be okey


But this remember,

Jadilah pribadi yang hari makin hari bertumbuh dan berbuah, supaya banyak orang yang diberkati.


***


Bagian mana dalam hidupmu yang perlu dimaafin ?

Yuk maafkan-maafkan.


NB : Memaafkan gak perlu nunggu lebaran kok ^^

Minggu, 21 Juni 2020

Tempat Persembunyian

Sebelum berdebu lebih tebal, mari kita bebersih lagi di blog ini 😄


WELCOME HOME 😍😍😍



Memasuki bulan ke-5 melewati pandemic ini.

Kamis, 18 Juni 2020

Masih pukul 07.30 WIB, temanku bercerita bahwa tamu yang datang ke kantor beberapa hari lalu, rekan kerjanya kena covid-19. Intinya tamu ini masuk dalam lingkaran yang berhubungan langsung dengan si kena covid-19.


Mendengar itu,  hati langsung dag-dig-dug, rasanya mau sesak nafas. Agak kuatir kalau-kalau . . . .


Mencoba tetap tenang dan lanjut kerja dengan baik.

*

Bangun tidur tiba-tiba tergiang satu lagu. Tak tau judulnya apa, akhirnya ku cari dan dengarkan. Aku pun membaca sebuah renungan dan bunyinya seperti ini :


"Nah, mengenai kita sendiri, di sekeliling kita ada banyak sekali saksi! Sebab itu, marilah kita membuang semua yang memberatkan kita dan dosa yang terus melekat pada kita. Dan marilah kita dengan tekun menempuh perlombaan yang ada di depan kita. Hendaklah pandangan kita tertuju kepada Yesus, sebab Dialah yang membangkitkan iman kita dan memeliharanya dari permulaan sampai akhir. Yesus tahan menderita di kayu salib! Ia tidak peduli bahwa mati di kayu salib itu adalah suatu hal yang memalukan. Ia hanya ingat akan kegembiraan yang akan dirasakan-Nya kemudian. Sekarang Ia duduk di sebelah kanan takhta Allah dan memerintah bersama dengan Dia." -Ibrani 12:1‭-‬2 BIMK


Sadar tidak sadar, kita suka berusaha 'sembunyi' atau 'menyembunyikan' dari hal-hal yang menurut kita kurang baik, gak oke. Pokoknya mau terlihat sempurna semua.


Dalam KBBI kata 'sembunyi' artinya : menutupi, diam-diam, tidak terang-terangan.


Kembali ke cerita di atas. Waktu aku deg-degkan, rasanya mau sesak nafas, mungkin naluri tubuhku yang mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Ibaratnya ada alarm pengingat gitu. Di sisi lain, kekuatiran atau rasa takut yang aku rasakan berusaha aku sembunyikan dengan menyangkal cerita tersebut di dalam hati. Tapi dari ayat diatas justru aku belajar bagaimana menyikapi berita atau kejadian yang aku alami.


1. Membuang semua yang memberatkan kita dan dosa yang terus melekat pada kita
- Baggage apa yang harusnya tidak perlu kamu bawa di perjalanan ? Kuatir, takutkah ? Apakah ada hal-hal yang perlu diampuni dan refaming ?


2. Pandangan kita tertuju kepada Yesus
- Kita gak akan bisa 100% memandang kepada Tuhan kalau masih ada baggage yang belum kita tinggalkan. Selain itu belajar untuk mengubah pola pikir kita. Sbab sebagian besar keputusan kita datang dari pola pikir. Kalau pola pikir salah ya jadinya salah. Kalau pola pikir benar jadinya benar.


3. Tekun menempuh perlombaan yang ada di depan kita
- Setelah kita tidak membawa baggage yang tidak perlu serta menaruh fokus kita kepada Tuhan, kita perlu tekun. Belajar untuk tekun (meski keadaanya gak mudah) akan membuat kita mengasah potensi terdalam di diri kita. Contoh, ada seseorang yang dulunya tak suka masak, selama pandemic ini, yang mengharuskan dirumahaja, iseng-iseng coba masak, gagal coba lagi, gagal coba lagi, gagal coba lagi, ternyata berhasil dan akhirnya membuka usaha kuliner sendiri.


4. Yesus tahan menderita di kayu salib!
- Yesus mati di kayu salib bukan saja agar hubungan antara manusia dengan Allah yang terpisah balik lagi. Bukan saja karena besarnya cinta-Nya kepada kita. Namun, Yesus gak pernah bersembunyi dari penderitaanNya. Dimasa corona ini, kita harus 'menderita' untuk tidak keluar rumah, gak jalan-jalan, kudu pake masker, cuci tangan, berhemat, jaga jarak dengan orang lain, dll.


5. Ia hanya ingat akan kegembiraan yang akan dirasakan-Nya kemudian
- Di poin ini adalah janji Allah, bahwa di setiap penderitaan ada hal baik, ada hadiah yang akan kita terima.



Mazmur Daud berkata :


 1 Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
2  Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau,
Ia membimbing aku ke air yang tenang;
3Ia menyegarkan jiwaku.
Ia menuntun aku di jalan yang benar
oleh karena nama-Nya.
4Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman,
aku tidak takut bahaya,
sebab Engkau besertaku;
gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku



Tuhan adalah gembala kita. Kita punya akses untuk tinggal dalam hadirat-Nya. Dengan kita mau membangun hubungan dengan Tuhan, kenal Tuhan lebih dalam lagi, disitulah tempat 'persembunyian' a.k.a. perlindungan kita.  

Biarlah, melalui perenungan singkat ini kita bisa belajar dari Yesus untuk tidak menutupi, bersembunyi dari bagian yang harus kita kerjakan.

Dan inilah, lagu yang tiba-tiba tergiang itu :




- Jessica -