Jumat, 19 Juli 2019

Keep Smile



"Tersenyumlah sebelum senyum itu dilarang"



Mudah rasanya untuk kita tersenyum saat keadaan happy. Apa yang kita harapkan tercapai atau baru menang undian. Secara naluri kita ingin semua orang tau kalau kita baru mendapatkan sesuatu yang bikin kita happy.

Bagaimana kalau keadaanya terbalik ?

Masih bisakah kita tersenyum dengan tulus ?

Masih bisakah kita memberikan energy positif ke orang lain ?

Hal yang sama, seringkali jadi pertanyaan ke diriku.
Dalam keadaan yang kurang baik, ketika banyak tekanan, tantangan, dan masalah, kita mudah untuk mengeluh. Kita mudah sedih, stress, dan berujung depresi. Ada juga, orang-orang yang memilih untuk ‘fake smile’ alias senyum palsu agar orang lain tak melihat kegalauan kita.



“Kegembiraan (joyful) yang diberikan Tuhan kepada kalian akan menguatkan kalian”






Bagaimana cara kita mendapatkan kegembiraan (joyful) tersebut (versi Jessica) ?

1. Membaca Akitab
Cobalah untuk merenungkan satu atau dua ayat setiap hari dan terapkan dalam hari-hari kita. Ini melatih pikiran kita untuk fokus kepada Tuhan.


2. Bergabung dengan komunitas yang memiliki visi sama
Bergaul dengan orang-orang yang memiliki spirit yang sama dalam Tuhan, membantu kita untuk terus mengingat dan menyadari Tuhan beserta kita.


3. Mendengarkan lagu atau poscart rohani
Waktu pikiran kita lagi buntu, pasti susah buat mikir positif atau jernih. Bawaaanya negative thingking terusssss… Lagu atau poscart mampu menyadariku dari gundah gulana hati. Ingat lagi kebaikan Tuhan yang sudah aku terima selama ini.


4. Berdamai dengan diri sendiri
Ini menyangkut cara kita memandang diri sendiri. Kalau pandangan kita salah, outputnya pun salah. Mengenal diri sendiri dengan keutuhan yang orisil/ontentik, membuat kita mampu menanggapi segala hal yang terjadi di luar kendali kita.


5. Berdoa dan/atau melakukan hal yang kita suka
Kalau aku senang menulis. So, kalau aku merasa unhappy, aku buat tulisan di buku atau note di hp.  Bikin quotes, cerita, puisi, dan dll.


Finally,
Bahagia itu sederhana.
Bahagia ada di dalam diri sendiri.
Bahagia ada di hati kita.
Bahagia datang dari keutuhan diri bersama Tuhan


“Tersenyum adalah tanda kamu percaya Tuhanmu”

Senin, 24 Juni 2019

Mengulas Buku Perjalanan Hati


Hi Guys,

Kembali lagi bersama Jessica.

Setelah  Dibalik 'Perjalanan Hati' kali ini aku akan sedikit mengulas buku perdanaku.



"Buku adalah jendela dunia."


Jendela hati untuk siapapun yang membaca dan meresapinya.

(Mungkin) tempat terbaik pada keabadian.

Kisah ini bermuara dari satu rasa di dalam tubuh ini.

Terbagi dalam tiga fase hidup :

Jatuh cinta

Patah hati

Move on


Lewat buku ini, penulis ingin menceritakan, bahwa setiap fase atau musim hidup kita, selalu ada hal baik bahkan terbaik untuk masa depan.


***



Cinta, adalah bagian hidup yang tak terpisahkan

Benarkah cinta yang kita miliki adalah cinta sesungguhnya ?

Lewat buku ini, pencariaan jati diri dalam cinta tertuang dalam sajak-sajak tak bertepi. 

"Kau dan Aku adalah pengembara"

Sampai kau akan mengerti arti cinta itu.

Baca dan resapi


Rabu, 19 Juni 2019

Dibalik 'Perjalanan Hati'


"Menulis adalah suatu cara untuk berbicara, suatu cara untuk menyapa, suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah dimana. Cara itulah yang bermacam-macam dan disanalah harga kreativitas ditimbang-timbang."-Seno Gumira-


**

Menulis adalah kesukaan sendari kecil. Entah darimana dan siapa yang 'menghasut' ku. Pertama kali menulis waktu kelas 3 SD. Aku dikasih hadiah sebuah buku kecil kosong. Dari sana aku belajar menulis hal-hal kecil yang aku alami. Hanya beberapa kalimat saja kala itu. Lalu, aku mulai suka menulis diary. 


Lambat laun, aku belajar menulis puisi, cerpen (cerita pendek), novel (yang tak pernah selesai), artikel di koran, blog ini (berisi kesaksian hidup bareng Tuhan), caption-caption di Instagram, quotes, dan buku pertamaku 'Perjalanan Hati'.


**


Punya buku sendiri adalah impianku sejak kecil. Melihat orang lain yang bisa menulis berlembar-lembar, membuatku berpikir : 

"kok bisa ya mereka ?"

"Idenya dari mana coba ?"

dll



Di titik ini . . .

(setelah melewati banyaaaaakkkkk proses hidup yang biasa sampai luar biasa)


Mimpiku menjadi kenyataan.


Buku perdanaku, berjudul 'Perjalanan Hati' resmi lahir di bumi ini (bahkan di keabadian kelak), pada tanggal 18 Juni 2019 secara self-publishing.





**


Seseorang pernah berkata : "Menulis itu harus dari hati"


Dan kalau boleh ditambahin lagi, "Menulis itu harus dari hati yang tulus, bersih, murni."



Iya, sampai sejauh itu arti menulis.



Aku hanya mau bilang Terima kasih Tuhan Yesus yang sudah menanamkan benih menulis ini dalam diriku. Juga buat kalian (yang selalu support aku), buat para netijen (yang suka pedes melebihi cabe 😂), buat para pembaca dimanapun kalian berada. Thank you so much yak 😁



***


Next Post, kita akan bahas mengenai konten buku Perjalanan Hati. Stay tune guys !


"Pengharapan akan selalu ada, selama Yesus ada di dalam hidup kita."



Selasa, 09 April 2019

Broken Home Not Broken Future

"Tidak ada kejadian tanpa makna"

Sebelum 24 tahun . . .

Sejak kecil aku hanya tau siapa yang sayang denganku adalah papiku yang sekarang. Sejak kecil aku hidup berempat, papi, mami, aku, dan dedeku. Semua baik-baik saja, sampai ku kelas 4 SD, aku harus menerima kehadiran anggota baru di rumah, yang kusebut cici dan koko. Berat bagiku, apalagi perlakuan mereka kala itu. Dulu, orang tua ku hanya bercerita, kalau mereka tetap satu bapak lain mama. Aku hanya me-iyakan saja dan terus melanjutkan hidup aku, dan terus berusaha menerima mereka. Tahun demi tahun ku lewati. Aku anggap biasa aja. Layaknya keluarga yang normal.

Setelah 24 tahun . . .

Pertanyaan siapa papiku, bagaimana bobot, bibit keluargaku, terkuak ke permukaan hatiku. Entah mengapa (karena drama itu juga. Next i will share).
End then, aku pertanyakan semua ke mamiku dan beliau banyak cerita kisah masa lalunya. Waktu tau semuanya rasanya sakit, dan makin sadar betul sama diri sendiri, mengapa aku begini, mengapa aku begitu. Hampir yang kulakukan selama ini datang dari insecure dari keluarga dan diri sendiri.

***

Menjadi anak broken home bukanlah keinginanku mungkin juga bukan keinginan orang tuaku. Tapi keputusan mengakhiri pernikahan jelas mengakibatkan banyak hal di masa depan. Yang membuatku bersyukur adalah, sejak kecil aku dikelilingin orang-orang yang cinta Tuhan. Dari kecil, aku hidup belajar melayani dan 'tinggal' dalam rumah Tuhan. Aku gak narkoba, minum-minum, bahkan free sex (karna kebanyakan anak broken home larinya kesana). Nakalnya aku masih bisa di back up dari komunitasku.  Nakalnya aku, males belajar, sempet mogok sekolah karena suatu kejadian di sekolah, gak nurut, kenakalan-kenakalan di zamannya.

***

Apa yang bisa kita lakukan kalau tau kita anak broken home ?

1. Mengampuni
I know ini bukan perkara mudah buat mengampuni orang yang udah sakiti kita even itu orang tua, saudara, atau sahabat. Tapi Firman Tuhan ajarin, doain musuh kamu, beri ampunan 70x7 kali.

"Yesus mengakhiri cerita-Nya dengan kata-kata ini, “Begitu juga Bapa-Ku di surga akan memperlakukan kalian masing-masing, kalau kalian tidak mengampuni saudaramu dengan ikhlas.
Matius 18:35 BIMK

Mengampuni harus ikhlas artinya gak cuma di bibir aja tapi lahir dari hati terdalam. Minta Roh Kudus bantu kita untuk mengampuni.

2. Berdamai dengan diri sendiri
Ini point yang paling susah menurut aku. Why ? Paradigma dari kecil terbentuk dari penolakan, kegagalan, insecure, putus asa, ketidakberhargaan, termasuk habbit-habbit buruk. Buat balikin lagi menjadi baru butuh perjuangan keras. Belum lagi kalau orang tua kita belum benar-benar pulih, ahkk rasaanyaaaa mau nyerah aja.

3. Membangun hubungan dengan Tuhan
Penting banget buat kita terus membangun hubungan. Lewat pembacaan Alkitab, perenungan, doa, karena dengan kita terus jaga hubungan sama Tuhan, kita pasti diubahkan. Paradigma kita berubah.

4. Miliki komunitas rohani yang sehat
Buat aku punya komunitas rohani juga penting. Karena kita bisa saling back up, saling mendukung, disinilah aku bertumbuh tentang pengenalan akan Kristus.

***

Menjadi anak broken home tak berarti tak ada masa depan, sebab di dalam Yesus ada masa depan penuh harapan.

Jumat, 11 Januari 2019

Air Dan Api

Kemarin (10/1) aku dan pasanganku pergi ke Alam Sutra.
Seperti biasa, kita mengendarai motor dengan kecepatan standar. Sampailah kami di pertigaan jalan bundar.

Taulah yak itu jalan bisa untuk ke kanan, kiri, lurus, bahkan puter balik jadi kudu hati-hati. Kita mau lurus, dari jauh kita udah lihat ada motor dari arah kanan mau lurus (kalau di posisi kita dia mau ke kiri).

Entah kenapa itu motor jalannya kaya siput dan ragu gitu, sampai kita tlakson dia gak gubris.
Secara bersamaan, tiba-tiba ada mobil bak dari belakang marah marah sama kita (mungkin mau nabrak kita tapi gak jadi).   Masih di tempat sama, dia marah-marah dari dalam, nyalain kita intinya. Kita gak terlalu menghiraukan dan kembali jalan. Ternyata dan ternyata, mobil tersebut mengejar kita  dan menyuruh kita minggir.

Hatiku dag dig dug plus agak kesel juga sama orang itu. And then, pasanganku turun dari motor dan 2 orang dari mobil turun. Si orang ini marah-marah, pasanganku udah jelasin kejadian sebenarnya dan kesel juga dia. Aku cewe satu-satunya disana takut kalau sampai tonjok-tonjokan secara mereka laki-laki semua (2 lawan 1 pula).

Situasi yang masih panas, aku melerai mereka. Aku berusaha agar 2 orang tersebut (terutama drivernya) tenang dan kembali ke mobil. Aku cuma bilang :

"tenang pak, sudah, sudah"

"Bapak tambah cape marah-marah"

"Tar dosa pak"

"iya, iya, terima kasih pak"

2 orang ini masuk ke mobilnya masih dalam keadaan marah-marah.

"Sudah pak, sudah, Tuhan berkati ya pak"

"Tuhan berkati pak"

Akhirnya mereka pergi dan aku kembali ke motor.



***


Dalam keadaan kaya gitu mudah banget buat aku tambah marah sama mereka. Karena kalau kita lihat jelas mereka yang ugal-ugalan. Terbukti saat mereka pergi kecepatan mengedarainya kenceng. Serobot sana, serobot sini. Kita yakin pas di pertigaan tadi, mobil tersebut melaju dengan kecepatan tinggi namun mereka gak mau disalahin.




**


Dalam kisah ini, aku belajar 2 hal :

1. Kita bisa jadi air dan api.

Api indektik dengan panas, kegeramaan, marah, sementara air indektik dengan ketenangan, menyejukkan, damai.

Dalam situasi tadi, aku bisa jadi api (ikut marah-marah), namun aku memilih jadi air (tenang, nada bicara datar, dan melerai 2 orang tersebut). Saat itu aku membaca situasi, kalau aku ikutan marah, kesel, masalahnya gak bakal selesai. Karena pasanganku juga sudah mulai kena "api kecil".


2. Belajar memberkati orang yang jahat sama kita

Kalimat "Tuhan berkati" adalah kalimat pertama kali aku ucapkan ke orang yang 'jahat' secara live. Awalnya gak ada kepikiran mau ucapin kalimat itu, tau-tau muncul. Sempet mikir, "kok bisa aku bilang kaya gitu ?". Mungkin, setelah aku ngomong "Tuhan berkati", orang tersebut tetap ugal-ugalan jalannya, masih marah sama kita atau melakukan hal yang sama ke orang lain. Namun percayalah, kelak kalimat tersebut bisa kasih dampak buat mereka (minimal hati mereka tenang).



***


Sekian curhat receh pertama 2019 di blog ini. Kiranya para pembaca mendapatkan hikmahnya.


Jesus bless you dan jangan lupa tetap tersenyum :)


-Jessica-