Senin, 28 Maret 2016

Artikel Yang Terlupakan

"Pikirkanlah perkara yang di atas bukan yang di bumi" 

Beberapa hari lalu, aku dapat pemberitahuan kalau artikel aku berhasil lahir ke dunia.

"Artikel yang mana ya ? "

Setelah aku buka link yang dikasih, aku baru ingat artikel itu. 

"Puji Tuhan, Thanks God buat kadonya" 

Jadi di waktu itu...
Aku suka baca artikel-artikel di salah satu media namanya Hipwee. Isinya dekat dengan kehidupan anak-anak muda. Sampai suatu hari, Hipwee membuat satu inovasi dimana pembaca bisa turut ambil bagian jadi penulis. Hipwee menyediakan template di dalam websitenya. Caranya cukup mudah, hanya perlu login menggunakan akun Facebook, kita bisa belajar berbagi melalui tulisan. 

Di hari berbeda setelah kemunculan inovasi.. 

Aku kepikiran memasukkan salah satu artikel yang aku buat. Walau awalnya pesimis, akhirnya nekad aja post artikel itu. 

Setelah di post, artikel gak bisa langsung muncul di websitenya. Ada editor Hipwee yang harus approve tulisan aku. 

Hari pertama setelah post.. 

Gak muncul. 

hari kedua 

Gak muncul 

Hari ketiga

Masih gak muncul 

Seminggu, dua minggu, sampai sebulan 

Tidak ada tanda-tanda tulisan aku di approve. 

"Mungkin tulisan aku belum tepat. Ya sudahlah" kata ku menghibur diri.

Kesibukan dan berbagai proses yang harus aku tempuh, membuatku lupa dengan artikel itu.
Akhirnya... 

Bangkit lagi setelah ratusan hari bersembunyi di dalam kesunyian. 

***

Lahirnya tulisan aku ke media yang memiliki 14 juta pembaca, 

Tuhan seperti bilang gini : 

"Nak, Aku tetap disini Bersamamu" 

"Jangan menyerah. Selesaikanlah"

Hari-hari ini aku harus jalanin proses yang bombastis banget. Mengalami satu fase hidup yang secara manusiawi apalagi umur aku yang masih segini mustahil bisa lalui. 

Di proses itu memang gak enak. Bahkan ekstrimnya jadi paling hina banget (udah paling pake banget kan). Sebagai manusia yang belum sempurna, adakalanya pengen lari, tinggalin proses itu. Tapi Tuhan sangat sayang sama aku. 

Tiba-tiba Tuhan lahirkan artikel yang aku lupakan.

Tiba-tiba Tuhan biarkan aku menerima pemberitahuan itu. 

Tiba-tiba Tuhan kasih 'senyum' di antaranya. 

***

Aku percaya kemunculan artikel aku bukan suatu kebetulan. Aku percaya Tuhan biarkan menunda tulisan itu untuk satu tujuan-Nya. 

Satu hal, kalau Tuhan masih mau memproses kita, itu karena Tuhan sayang banget sama kita. Proses membuat kita belajar semakin serupa gambaran-Nya. 

Aku dikasih pengertian, proses itu ibarat bungkus kado, tugas kita hanya membuka bungkus kado itu. Setelah berhasil, kita pasti dapatkan hadiah istimewanya.

Hadiah istimewa yang akan kita dapatkan tergantung dari cara kita membuka bungkusnya. 

Yang paling penting adalah hati kita tetap tertuju kepada Tuhan. Tetap menggantungkan pengharapan kita kepada Sang Sumber kehidupan. 

Kerjakan apapun yang Tuhan percayakan di dalam kehidupan kita dengan sungguh hati, sampai Tuhan bilang : "It Is Finished"


***

Bagi yang belum mengujungi kelahiran artikel saya, silakan mampir kesini

#ShareHISstory 


Senin, 14 Maret 2016

BPJS Oh BPJS



Baru-baru ini BPJS menghebohkan Indonesia dengan pengumuman kenaikan iuran BPJS bagi peserta mandiri.

Penyesuaian iuran ini berlaku efektif mulai tanggal 1 April 2016 sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016.

Adapun perubahan iuran tersebut adalah:
1. Ruang perawatan kelas III menjadi Rp 30.000 dari sebelumnya Rp 25.500 per bulan.
2. Ruang perawatan kelas II menjadi Rp 51.000 dari sebelumnya Rp 42.500 per bulan.
3. Ruang perawatan kelas I, menjadi Rp 80.000 dari sebelumnya Rp 59.500 per bulan.

Tentu kenaikan ini menimbulkan pro dan kontra, namun saya tidak membahas pro dan konta tersebut. Saya akan menceritakan bagaimana kehadiran BPJS menjadi sarana saya belajar menolong sesama.


***

Saya mulai mengetahui ada BPJS di Indonesia ketika papi sakit. Seseorang menyarankan untuk mendaftarkan anggota keluarga ke BPJS. Menurut beliau BPJS bisa menanggung semua biaya berobat, operasi, dll. Karena keluarga saya tidak memiliki cukup biaya, akhirnya mengurus keangotaan BPJS.

Sejak awal punya BPJS, saya biasa saja. Sesuatu yang waoh banget belum saya rasakan. Memang, saya dan beberapa anggota keluarga serta rekan sudah merasakan manfaat dari BPJS tersebut.

Suatu hari saya berpikir :

“Hebat BPJS bisa menanggung biaya operasi, perawatan sebesar itu ? Padahal iuran yang dibebankan sebesar Rp  59.500”

Terjadilah percakapan kecil di batin saya :

“Bukan BPJS-nya yang hebat tetapi orang-orang di dalamnya”

“Siapa ?”

“Pencetus gagasan ini dan para peserta BPJS”

“???”

“Coba deh ingat lagi gimana om kamu bisa operasi dan mendapatkan perawatan yang cukup baik. Kamu tau gak itu uang siapa ?”

“Uang kita.”

“Iya uang kita, lebih tepatnya uang masyarakat Indonesia.”

Setelah dipikir dan dan direnungkan lagi …

“Iya juga ya, uang dari saya tidak seberapa. Mungkin hanya cukup untuk biaya obat saja. Tetapi dengan adanya masyarakat yang bergabung menjadi anggota BPJS, om saya bisa selamat menjalankan operasi dan perawatan yang cukup baik”


*** 


Akhir tahun 2015 saya mengikuti campaign dengan tema ‘memberi gak harus mahal’. Ini campaign unik yang belum pernah saya ikuti sekaligus lebih membuka paradigma saya tentang menolong.

Sederhana yang saya lakukan saat itu, memberikan tips/menolak kembalian dari driver ojek.

Teringatlah, mami saya. Sejak muda sampai sekarang, Beliau belajar menolong orang. Tidak mewah yang Beliau lakukan, tidak selalu dalam bentuk materi (padahal saya sering lihat tetapi baru sadar maknanya).

Campaign ‘memberi gak harus mahal’ jadi sarana saya belajar lebih dalam tentang menolong (sekaligus menyadarkan saya).
 

*** 

Sering kita berpikir, menolong orang itu harus punya uang, harta yang banyak, atau minimal dalam jumlah yang besar. Ada juga yang berpikir, menolong orang itu hanya menyusahkan saja. Berkata:

“Tidak punya uang”

“Tidak punya waktu”

“Saya saja sedang susah masa harus menolong?”

Dan berbagai alasan lainnya.

Lewat campaign akhir tahun 2015 lalu dan peneguhan dari mami saya, bahwa belajar menolong tidak harus tunggu kita bahagia, punya uang/harta banyak, atau memberikan dalam jumlah yang besar. Belajar menolong dimulai dari hal-hal kecil yang mungkin bagi kita tidak berarti apa-apa. Namun bagi yang menerima sangat berarti.

Contohnya BPJS tadi, kalau tidak ada orang-orang yang turut ambil bagian menjadi anggota BPJS, bisa saja saya tidak akan bertemu om saya lagi.

Nilai tertinggi dari belajar menolong adalah ketulusan hati dan sukacita.

***

Naiknya iuran BPJS 1 April mendatang, biar semakin menyemangati saya dan kalian untuk belajar menolong sesama :)


#ShareHISstory


Watch this is :


Jawaban Atas Pertanyaan


"Apakah kamu tidak merasa beruntung ?"


Pernahkah kalian mendengar atau diajukan pertanyaan di atas ? 

Beruntung kata dasarnya untung. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata untung memiliki arti :

1 n sesuatu (keadaan) yang telah digariskan oleh Tuhan Yang Mahakuasa bagi perjalanan hidup seseorang; nasib: kalau ada -- di badan bolehlah kita bertemu lagi; 2 a mujur; bahagia: -- lah saat-saat demikian mereka dapat menyelamatkan diri; 3 n laba yang diperoleh dalam berdagang dan sebagainya: kita bukan pedagang yang dapat membeli sayur di desa dan menjualnya dengan -- besar di kota; 4 n guna; manfaat; faedah: 


 Sementara, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berutung diartikan sebagai berikut :



1.  berlaba; mendapat laba:bagaimana dapat ~ kalau ongkos angkutnya saja sudah mahal sekali; 2 bernasib baik; mujur; bahagia: yang ~ dapat mengenyam pelajaran di bangku sekolah dengan cuma-cuma; 3 berhasil (maksudnya, usahanya, dan sebagainya); tidak gagal;


Dengan kata lain (menurut saya) beruntung adalah keadaan yang baik-baik. 


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata malang :

 1 terletak melintang: sehabis badai itu batang dan dahan kayu -- melintang di jalan; 2 bernasib buruk; celaka; sial:

Sebagian besar orang Indonesia akan memakai kata ; untung, rugi, mujur, atau malang untuk mendefinisikan suatu keadaan. 


***

Saya lebih suka menggunakan kata bless untuk mendefinisikan suatu keadaan yang saya lihat dan rasakan. 

Mengapa menggunakan kata bless

Bukan mau ke-Ingriss-inggrisan biar dikata keren, tetapi ada makna lebih dalam dari kata untung, rugi, mujur, atau malang. 

Kamus Besar Bahasa Inggris mengartikan kata bless sebagai berkat. 

Bagi saya, kata untung, mujur, atau bahasa ngtrennya hoki sifatnya sementara. Terlihat secara 'fisik'. 

Sedangkan, kata bless sifatnya selamanya, tinggal tetap, tidak berhenti. Terlihat non 'fisik'.

Contoh :

Ketika saya harus memilih mengakhiri kontak pendidikan dan cuti kuliah, mungkin Sebagian orang bilang :"Malang banget kamu Jess". 

Namun buat saya itu bless

Karena dari keputusan itulah Tuhan nyatakan kehendak-Nya jauh melebihi apa yang saya pikirkan. 

Memang sulit untuk mengartikan bless ini. 
 
Satu-satunya adalah alami sendiri bagimana Tuhan berkarya di dalam hidup kita. 

Tidak selamanya dalam hidup saya jalan selalu rata, ombak selalu tenang, tetapi lewat berbagai peristiwa yang mungkin tidak enak, saya bisa mendapatkan bless

Karena bless dari Tuhan mengajarkan kita banyak hal. Memberitahu jalan-jalan yang akan dan sudah kita lalui. 

Bless tidak hanya bicara soal berkat secara jasmani tetapi rohani (psikologis). 

Jawaban saya atas pertanyaan di atas :

"I'm not lucky, but I'm blessed"


#shareHISstory 


Watch this is : 

Kamis, 10 Maret 2016

Mau Dibawa Kemana

"Karena setiap hari punya kisah" 


Bulan ini ada 2 kabar mengejutkan buat aku dan beberapa teman. 

Dua kisah yang sama dengan orang berbeda. 

Teman SD dan SMA ku sama-sama di panggil Tuhan. 

Walaupun mereka bukan teman dekat atau sahabat, tetapi mereka pernah ada di dimensi yang sama. 

Pernah sama-sama berjuang dengan tumpukan tugas seabrek, guru yang kiler, dan tuntutan lainnya. 

Kami pernah menjadi bagian dari dingding kelas tak bertepi itu, lapangan yang selalu diam setiap kami mengijaknya, kantin yang senantiasa mendengarkan celotehan-coletehan kami.


***


Sejak memasuki 2 dekade kehidupan, aku  makin dibawa dalam perenungan yang kadang bikin orang sakit kepala :p

Dan akhir-akhir ini lagi keinget sama umur. Bukan, bukan merasa tambah tua. Hanya saja, mau diapakan hidup saya. 

Sampai kisah ini terjadi, 

Aku makin menyadari kapanpun aku bisa seperti mereka. 

Yang menyedihkan adalah aku tidak tau kapan Tuhan datang dan jemput aku. 

Pertanyaan besar dalam hidupku :
 
"Mau dibawa kemana hidup kamu Jess ?"

"Kamu mau ngapain dengan semua proses yang ada ?"

"Apakah yang kamu bawa nanti di hadapan tahta-Nya ?"






***

Untuk kedua temanku, 

Mereka sudah menyelesaikan pertandingannya di bumi ini. 

Mereka telah mengerjakan tugas-Nya dengan sempurna. 

Bagaimana dengan kita yang masih diberi nafas kehidupan ? 

Apakah kita sudah mengerjakan tugas-Nya seutuhnya ? 

Satu sisi, 

Kita patut bersyukur masih diberikan kepercayaan untuk hidup satu kali lagi, yaitu nafas kita. 

Sisi lain juga, 

Nafas adalah satu kesempatan lagi agar kita menjadi pribadi yang lebih baik.

Satu anugerah yang tidak bisa dibayar dengan uang.

Sebaik-baiknya hidup, ketika dapat  bermanfaat bagi sesama, terlebih kepada pemilik hidup ini. 


"Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!"




#ShareHisstory

Rabu, 09 Maret 2016

Bagian Terkecil






"Yang membuat kita dewasa bukan hanya pendidikan yang tinggi atau IQ yang hebat, tetapi proses hidup yang diselesaikan seutuhnya


Belum lama ini aku membuat pernyataan dan pendapat kepada mereka yang berwenang di perusahaan. 

Ini pertama kalinya melakukan sepanjang waktu yang Tuhan percayakan. 

Pernyataan dan pendapat yang aku utarakan berdasarkan hasil pengamatan setiap hari, pengalaman pribadi, dan perenungan setiap hari. 

Pesan yang aku sampaikan pastinya seputar kantor.

Aku lakukan hal ini dengan kesadaran penuh. Dengan tujuan mereka mengerti apa yang aku lihat, dengar, dan rasakan. Tidak hanya itu, aku berharap jadi lebih baik lagi. 

Ternyata...
Apa yang aku sampaikan tidak ditanggapi dengan ramah. Aku akui, ada beberapa hal yang kurang tepat aku sampaikan kepada mereka.

Apa aku menyesal melakukan itu ? 

Tidak! Tidak sama sekali. 

Jauh di lubuk hatiku, aku senang dan sedikit lega. Setidaknya satu prestasi dalam hidup aku untuk berani mengutarakan pendapat dan pernyataan walau masih jauh dari kata sempurna. 


***
Bicara soal kedudukan atau bahasa rohaninya fungsi aku di kantor adalah support Agent yang bisa diartikan sebagai customer service. 

Di dunia perkejaan posisi tersebut hanya bagian kecil. Mungkin untuk posisi di atas menganggap pekerjaan ini mudah di kerjakan. 

Bagi aku mengerjakan fungsi ini butuh skill khusus. Skill yang dipelajari setiap hari. Satu hal lagi, tidak mudah seperti yang orang-orang bayangkan. 

Lewat kejadian di atas, aku belajar lagi. 

Seketika teringat artikel yang pernah aku baca udah lama banget. Artikel itu cerita tentang baut.
Kalian tau baut ? 

Baut ada dimana saja. Di mobil, motor, truck, pesawat, kapal, dan masih banyak lagi. 

Baut hanya salah satu benda kecil di perabadan ini. 

Apa sih yang menarik dari baut ? 

Secara ukuran tidak seberapa. Bentuk ? tidak waoh banget. Dengan kata lain baut biasa saja. 

Di dalam artikel itu, sang penulis mengambil contoh dari sebuah mobil. Biasanya orang akan melihat body mobil apalagi kalau sudah di hias berbagai macam ornamen. 


Taukah kalian, mobil tidak berfungsi dengan baik jika tidak ada bensin ?


Mobil pun juga tidak berarti jika baut di mobil tersebut hilang atau rusak.


Singkatnya, penulis berkata baut itu istimewa sekalipun tidak di perhatikan oleh orang-orang.

Sifat baut yang aku ingat dari artikel itu : 

1. Memiliki kapasitas besar walaupun bentuknya kecil. 

2. Memiliki kerendahan hati. 

3. Tetap berfungsi baik meski tidak ada yang melihat. 


***

Aku tetap manusia yang belum sempurna.

Masih banyak yang perlu diperbaiki.

Masih perlu belajar banyak. 

Aku memang hanya sebuah 'baut' di tempat yang Tuhan percayakan. 

Tetapi aku yakin tidak ada yang kebetulan di dunia ini. 

Satu hal aku belajar, 

Miliki hati yang besar.

Tidak peduli latar belakangmu. 

Tidak peduli seberapa tinggi pendidikanmu. 

Tidak peduli berapa hebat IQ-mu. 

Teruslah melangkah. 

Teruslah kerjakan apa yang Tuhan percayakan sebaik-baiknya 

Baik di dalam keluargamu, sekolahmu, kampusmu, pekerjaanmu, pelayananmu, lingkunganmu. 

Jangan berkecil hati 

Karena aku, kamu, kita, mereka diciptakan menurut gambaran-Nya dan fungsi-Nya. 

Gabantte! 


"Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya."

#ShareHisstory