Kamis, 18 Februari 2016

DIA Penulis Dan Sutradaraku (5)

Ketika mimpi dan cita-cita harus tertunda.

Sedih yang dalam masih aku rasa sampai saat ini.

Kuliah dan lulus wisuda adalah salah satu impian besarku setelah memasuki dunia perkejaan.

Apa daya keterbatasan financial dan tanggung jawab sebagai seorang anak memaksa untuk menunda impian itu.

Hingga suatu hari . . .

Seperti angin segar menghampiri.

Seseorang,  yang tak lain adalah boss ku menawarkan beasiswa pendidikan.

Terharu bahagia menjadi ekspresiku pertama kali.

Selama sebulan mencari informasi-informasi kampus dan memutuskan di salah satu universitas di Jakarta.

Senang pastinya karena bisa merasakan lagi 'kursi panas' pendidikan, bertemu pengajar-pengajar yang unik, teman-teman yang memiliki karakter yang berbeda-beda.

Berjalannya waktu . . .

Aku mulai menemukan sesuatu yang aneh.

Sesuatu yang baru aku sadari dan pahami.

Satu kali.

Dua kali.

Sampai waktu mengizinkan aku sakit yang belum pernah aku alami.

Infeksi kelenjar.

Pergulatan batin pun dimulai.

Pada satu hari istimewa, 

Dingding putih di dalam ruangan itu menjadi saksi bisu pernyataan dua pilihan.

Lagi-lagi hanya air mata yang mampu menceritakan semua itu.

Berdoa

Meminta tuntunan dari-Nya
Ketika kedua pilihan sama-sama penting

Makin mendekati hari 'pemutusan' 

Arah yang aku dapat tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan

Akhirnya . . .

Aku berhenti sejenak dari masa pendidikan ini dan mengakhiri kontrak pendidikan

Banyak yang menyayangkan, terutama keluarga aku

Tapi ini hasil akhir yang aku dapat (di episode hidup ini)


 ***


Proses ini membuatku belajar :

1. Semua doaku di jawab Tuhan
Lewat boss aku sebagai perantaranya Tuhan, aku bisa kuliah. Bisa belajar di sebuah gedung yang disebut universitas, di sebuah ruangan yang disebut pembelajaraan, Bisa berinteraksi dan terlibat langsung dengan orang-orang yang tidak pernah aku jumpai sebelumnya.


2. Fokus dan prioritas
Setiap manusia memiliki banyak keinginan, namun tidak semua keinginan bisa terwujud dalam satu waktu. Tidak semua keinginan adalah destiny hidup kita. Tidak semua keinginan adalah kebutuhan.
Aku diingatkan, diajarin lagi, mana yang jadi fokus hidup aku sebenarnya. Memilah-milah skala prioritas yang harus aku tetapkan. Ketika kita tahu fokus dan prioritas kita, jalan yang kita tempuh akan semakin ringan dan bisa sampai ke tempat tujuan dengan selamat tanpa kekurangan suatu apapun.


3. Visi
Ibarat tempat tujuan itulah visi. Ibarat bahan bakar itulah semangat. Setiap manusia memiliki visi hidup. Agar visi tercapai, kita membuat rencana dan strategi. Terkadang, rencana dan strategi kita kurang tepat bahkan menjauh dari visi semula. Disini Tuhan mengingatkan, apakah rencana dan strategi yang kita susun sudah sesuai dengan rancangan-Nya ? Tiga kata yang jadi rhema banget : "Jangan kehilangan visi". Sekalipun jalan yang Tuhan berikan tidak sesuai yang kita harapkan, tetap pegang visi itu sampai Tuhan genapi.


4. Tanggungjawab dan kepercayaan dari Tuhan (baca:pelayanan)
Kerjakan terus dengan sungguh-sungguh setiap kepercayaan yang sudah Tuhan berikan di dalam hidup kita. Jangan sekali-kali meninggalkan hal tersebut karena akhirnya adalah kehancuran. Balik lagi ke point 2, apa fokus dan prioritas yang sebenarnya.


***

Mungkin ini pahit. Tapi aku mau bilang selalu ada Kebaikan dalam situasi buruk. Ketika kita hanya mampu merencanakan kehidupan 10.000 km, Tuhan sanggup merencanakan 100.000.000 km bahkan lebih dari itu.

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.


Pertanyaannya, maukah kita mengikuti setiap jalan-jalanNya ?


Rabu, 17 Februari 2016

Happy Wednesday


Bertahtalah Tuhan di hatiku
Bertahtalah Tuhan di hidupku
Karna ku takkan mampu tanpaMu
Jalani sisa hidupku

Kau yang berfirman
Kau yang berjanji
Takkan biarkan ku sendiri
Di tengah badai ku kan trus berlari
BersamaMu ku tak akan takut


***

Kalimat di atas adalah sebuah lagu yang diciptakan seorang kakak youth di gereja masa kecil ku.

Aku tahu lagu ini beberapa bulan lalu dan sudah mendengarkan juga.

Entah kenapa pagi ini, tepatnya setelah bangun tidur, lagu tersebut tergiang dan terus mengalun indah di hatiku.

Aku percaya Tuhan lebih tau isi hati aku yang terdalam.

Biarlah ini jadi doa dan deklarasiku membiarkan Tuhan lebih lagi berkarya di dalam hidupku.

Berjalan dan hidup di dalam destiny-Nya.

Amin.