Senin, 02 Mei 2016

Kekuatan Dari Kematian

"Saat Anda mati untuk diri sendiri dan hidup sesuai dengan rencana Tuhan, Anda akan menghasilkan kehidupan yang produktif dan bermanfaat bagi orang lain."

Kalimat di atas menarik perhatian saya beberapa hari ini dan menjadi perenungan saya.

Apa artinya mati untuk diri sendiri ?

Apakah dimasukan ke dalam peti, ditangisin, didoain, lalu dikubur di tanah ?

Ternyata tidak. Bukan mati seperti itu.

Satu kata yang saya dapat dari mati untuk diri sendiri adalah comfort zone atau zona nyaman.

Nyaman adalah kata sifat yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia :

1 segar; sehat: badannya berasa -- disinari matahari pagi; 2 sedap; sejuk; enak: suaranya merdu, -- didengar;

kenyamanan/ke·nya·man·an/ n keadaan nyaman; kesegaran; kesejukan

Naluri sebagai manusia mencari rasa aman. Sesuatu yang di nilai sangat baik.

Contoh : Ada seseorang setiap hari makan di restoran termahal. Pergi kemana-mana dengan mobil tercanggih. Suatu hari, ia di minta untuk makan di kaki lima dan pergi menggunakan angkutan umum. Apa reaksi beliau ? 99,99% menolak. Mengapa ? Karena sudah terbiasa dengan pola hidup yang demikian. Ia berpikir dengan makan di kaki lima dan naik angkutan umum tidak enak.

Comfort zone juga berbicara hal-hal yang masih kurang tepat dalam hidup kita.

Tahukah, berada di zona nyaman tidak benar-benar nyaman ? Tidak benar-benar baik ? Seringkali, keadaan yang aman justru membawa kita ke 'jurang' yang paling dalam.

Apakah yang menjadi zona nyaman kita saat ini ?

Pekerjaankah ?

Jabatankah ?

Uangkah ?

Sekolahkah ?

Pasangankah ?

Pacarkah ?

Bahkan

Pelayanankah ?

***

Saya teringat sebaris syair lagu yang bilang gini : "ku telah mati dan tinggalkan cara hidupku yang lama..."

Mati = keluar dari zona nyaman kita.

Keluar berarti meninggalkan. Tidak lagi tengok-tengok yang dulu. Mulai melangkah ke depan dimana banyak hadiah yang menanti.

Keluar dari zona nyaman memang tidak enak. Butuh sacrifice dan kerendahan hati. Tapi yakinlah, itu hanya sementara. Lewat berbagai hal yang tidak enak itu (berproses), sebenarnya kita sedang melangkah kepada kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan yang setiap kita impikan, lebih baik, lebih berarti, lebih bermanfaat.

Kita tidak akan menggenapi panggilan hidup kita jika tidak mau 'mati' untuk diri sendiri.