Selasa, 25 Maret 2014

DIA Penulis Dan Sutradaraku (3)

Dear God...
Terima kasih untuk hari ini yaa.. Mungkin ucapan terima kasihku kurang berkenan tapi aku mau tetap bilang terima kasih :')

Topik hari ini (24/3) ada...laahh..... (jeng..jengg..jengg) 'SERVER DOWN' :D

Matahari pagi ini tidak secerah beberapa hari lalu. Tampaknya masih malu menunjukkan pesonanya atau malas beranjak dari 'tempat tidur'nya. Meski demikian, tak menyurutkan langkahku untuk berangkat ke kantor (semangat).

Setelah melakukan kewajiban setiba di kantor, aku mulai mengerjakan apa yang menjadi fungsiku di tempat itu. Sebuah senyuman kecil mengukir di wajahku sambil berkata: "Selamat berjumpa kembali 'murid-muridku' :) (ups..kata 'dosen pembimbing'ku kita sekarang jadi dokter. Hihihi^^)

30 menit pertama aku begitu antusias mengerjakan fungsiku. Namun tiba-tiba... "failed to connect server" (nahloh.. ini kenapa lagi?) Menit demi menit berlalu, kalimat tersebut tak kunjung pergi dari layar laptopku.
"Tuhan ini ada apa lagi ?"
"Kenapa mati suri ?"

Hatiku mulai tak tenang. Mulai kesal, mulai muncul pikiran-pikiran aneh (bahasa Jawanya panik). Sungguh, server down menghambat segalanya, ibarat mobil tanpa bahan bakar. Satu jam , dua jam, berusaha 'cari nyawa' agar hidup lagi. (Makin gak tenang hati). Diantara ketidaktenangan itu, Tuhan baik,Dia berikan aku penghiburan lewat beberapa tulisan yang masuk menceritakan kejadian serupa. Aku tersenyum, "kamu tidak sendiri kan Jess?"
                                                                 ***

Bukan hidup namanya kalau tidak mengalami goncangan (baca:masalah). Perubahan apa yang paling terlihat saat kita mengalami goncangan ? Peristiwa hari ini mengajarkanku bagaimana belajar menghadapi goncangan-goncangan hidup yang kadang datang diluar prediksi. Sekaligus belajar mengenal diriku lagi (diam-diam panikkan ternyata, bahaya).


Ada 4 hal (sikap) ketika terjadi goncangan:

1. Tenang
"Kenapa sih harus tenang?"
Kebanyakan manusia saat menghadapi goncangan akan panik, marah, kesal, dll. Perasaan-perasaan seperti itu wajar karena kita manusia, tetapi tidak wajar ketika perasaan-perasaan tersebut menguasai kita. Jika perasaan negatif sudah menguasai, 'efek' (keputusan yang kita ambil di depan) juga negatif.
Aku teringat di dalam Amsal 4:23 berkata: "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." Dari hati>pikiran>tindakan>kebiasaan (gaya hidup). Perenungan: "Sudah menanam apa saja di hati kamu ?"


2. Berdoa
1 Petrus 4:7: "Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa." Sebenarnya gini, Tuhan mau hati kita bersih, tulus, saat kita menaikkan doa-doa. Kenapa sih harus tenang ? Sebab dari ketenanganlah kita belajar mengubah isi doa kita. Nah, ini point yang menarik (menurutku) 'mengubah isi doa'. Jika hati kita tidak tenang, 99% isi doa kita adalah keluhan. "Tuhan kenapa harus seperti ini ?"
"Tuhan kenapa harus seperti itu ?"
"Tuhan super jahat".
Singkatnya menyalahkan Tuhan.


3. Bersyukur
Beberapa bulan ini aku cukup diajarkan tentang mengucap syukur. Bersyukur disaat semua baik-baik saja sangat mudah tetapi yang sulit saat keadaan tidak baik, tidak sesuai dengan harapan kita. Jujur, itu susah banget. Melalui hari ini Tuhan seperti memberikan 'kunci' bagaimana bisa mengucap syukur dengan tulus. Balik lagi ke awal, TENANG. Tenang berasal dari hati. Karena itu kita harus menjaga hati kita sehingga apa yang dikatakan Firman Tuhan "Mengucap syukurlah dalam segala hal..."(1tesalonika 5:18) artinya senang atau sedih, enak atau tidak enak, kita tetap mengucap syukur.


4. Keputusan
Tidak mudah mengambil sebuah keputusan apalagi diperhadapkan oleh pilihan-pilihan yang 'tampak'nya menggiurkan. Nah... dengan belajar tenang, pikiran kita akan mengundang lebih banyak 'oksigen' positif sehingga tidak gegabah saat mengambil keputusan. Dengan belajar tenang, kita juga belajar mengandalkan Tuhan dan mengerti apa yang menjadi kehendakNya, serta 'mencegah' kita dari tindakan bodoh (misalnya membunuh orang)


Akhirnya, point besar dalam pembelajaran kali ini, yakni 'MENJADI TENANG' :)


"Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu." (Mazmur 116:7)

DIA Penulis dan Sutradaraku (2)

"Tuhan peluk aku sebentar saja aku lelah dengan keadaan ini"

Aku lelah.

Ya. Hanya ada kalimat aku lelah saat mengalami kebajiran untuk kesekian kalinya.

22 Februari 2014.
Hujan tak bosan membasahi bumi sejak semalaman (red. 21/02). Hari itu adalah hari weekend. Saat yang paling tepat untuk bersantai ria setelah seminggu disibukkan dengan pekerjaan di kantor. Rumah sepi, hanya aku seorang diri. Mami dan cici pergi, dede (kayanya) pergi juga, koko sekolah, papi kerja. Siang harinya aku ditelepon cici untuk nyusul mereka ke suatu tempat. Jujur malas banget, apalagi hujan awet kaya gitu, daripada berantem ujung-ujungnya aku memilih mengabulkan permintaan mereka. Sekitar jam 14.00 aku meningalkan rumah. Menyerbu derasnnya hujan akhirnya aku sampai ditempat yang dituju. Singkat cerita, kami pulang karena sudah sore. Mami pulang terlebih dahulu dengan naik ojek, sementara aku dan cici naik angkot. Beberapa saat kemudian, mami mengabarkan kalau kompleks rumah banjir, gak bisa lewat dan berpesan untuk menunggu ditempat awal kita bertemu sampai airnya surut.

Deg. Seperti ada pisau yang menancap di hatiku. Perih. Episode banjir kali ini adalah episode tanpa persiapan. Betapa tidak, biasanya kami selalu waspada dengan menaikkan barang-barang ke tempat yang lebih tinggi namun karena rumah kosong kami tidak bisa 'menyelamatkan' barang-barang itu, termasuk barang milik kantorku.


Pukul 23.00 WIB
Keadaan rumahku sungguh amat berbeda saat ku tinggal beberapa jam yang lalu. Berantakan, melebihi dari kapal pecah. Kami sekeluarga bekerja sama membersihkan seluruh sudut rumah yang penuh dengan air congklat. Hatiku hancur saat itu, sakit dan perih hingga menjelma menjadi air mata.

"Tuhan aku lelah"

"Tuhan aku lelah"

"Tuhan aku lelah harus setiap saat 'takut' dengan banjir"

Sebuah latar belakang adanya istana keluargaku ini membuatku tak habis pikir. Saat itu aku berkata:
"Apakah aku juga seperti mereka yang tidak memiliki pilihan ?"

"Tuhan masih pantaskah rumah ini menjadi tempat perteduhan kami ?"

Andai aku memiliki pilihan ...
tinggal di sebuah rumah yang tidak harus 'takut' saat banjir singgah.
Saat seluruh anggota keluargaku bersatu secara utuh
Andai aku memiliki pilihan ...

"Hidup ini membutuhkan beberapa lagu untuk menciptakan sebuah album dan menciptakan satu lagu memerlukan beberapa chord"


Cahayaku redup.
Hanya ada butiran bening yang setia menemani keredupanku.
Langkahku gontai, jiwaku entah dimana.
Hingga di minggu yang sama aku melakukan kesalahan (lagi) di kantorku.

Huff..
Aku pasrah
Aku siap jika keadaan buruk itu terjadi
Yang aku inginkan
Satu..
Istirahat...

"Jika ada di dalam chord yang sama hidup ini hanya menghasilkan BUNYI bukan NADA"

Tuhan baik.
IA menghiburku dengan memberikan sebuah pelajaran dari pekerjaan yang sedang aku tekuni. IA membuka mata hatiku yang 'buta'

"Lihat berapa banyak orang yang mengalami hal serupa ?"

"Lihat Jess.. Lihat"

Senyuman kecil menyapaku. Iya, aku baru menyadari apa yang aku alami bahkan di detik yang sama juga dialami orang lain. Hanya saja kita tak saling kenal dan dipertemukan. Sederhanya, "kamu tidak sendiri Jess"


Pasca22214
"Tanpa kamu sadari situasi dan masalah disekeliling kamu membuat kamu 'blank', kalut, dan panik. Kamu lupa Yesus setia dalam segala keadaan. Ingat, status kamu seorang yang dikasihi BAPA di Surga. Disaat tertekan, pikiran kamu akan menjadi tenang. Tuhan sudah siapkan jalan keluar untukmu. Yohanes 19:30 berkata "sudah selesai". Maka dari itu TUHAN YESUS KATAKAN PADAMU SAAT INI bahwa "masalahmu sudah selesai".

Kiriman pesan dari seseorang diatas sangat meneduhkan jiwaku yang masih gundah gulana. Satu yang aku dapatkan dari pesan itu: PERKENANAN

Anugrah yang paling indah di hidup ini ketika kita memiliki PERKENANAN TUHAN. Mungkin perkenanan Tuhan yang kita dapatkan tidak sesuai dengan 'impian' kita. Namun yakinlah, dibalik ketidaksesuaian dengan 'impian' kita. Tuhan sudah mempersiapkan hadiah super istimewa untuk kita. Yang terbaik menurut manusia belum tentu terbaik menurut Tuhan kan ? :). Bersyukurlah untuk setiap perkenanan yang Tuhan anugrahkan dan teruslah melangkah di dalam perkenanan itu.


Jika saat ini aku masih ada (di keluargaku, di kantorku) semua karena perkenanan Tuhan. kasihNya yang melingkupiku. IA yang telah lebih dulu berjalan di jalan yang sedang aku lalui. Harapanku hanya di dalamMU.


Gadget.
Seperti awan yang gelap perlahan berganti cahaya matahari, demikian minggu-minggu kelabuku bertukar posisi dengan senyuman, tawa, dan sukacita. Handpone kesayanganku rusak sejak beberapa bulan yang lalu. Tampaknya harus 'lem biru' (sudah tua mungkin). Ingin menggantinya tapi seperti ada yang tahan aku untuk menunda keinginan tersebut. Benar-benar diluar dugaanku (berfikir sejauh itu tidak) seseorang (yang tidak jauh dari kehidupanku) memberikan sebuah handphone untukku. Amazing banget.
Handphone yang diberikan sangat sesuai yang aku butuhkan dan harapkan. Lantas aku berfikir, apa yang Tuhan mau dari 'hadiah' ini ?

"Kamu boleh berhenti tetapi jangan lupa berjalan kembali. Sebab, garis finish tidak pernah kamu raih jika tidak meneruskan perjalananmu"

Singkatnya, melalui 'hadiah' ini Tuhan ingatkan aku untuk tidak berhenti terlalu lama.  Cukuplah istirahatmu dan melangkahlah lagi (don't give up). AKU (Tuhan) yang berjanji tidak pernah meninggalkan kamu. AKU (Tuhan) yang menjamin kehidupanmu. Ayo, semangat lagi berjalan bahkan berlari pada track yang sudah AKU tetapkan bagimu.

"...Kau tak pernah kecewakan yang berharap padaMu..."

Sebaris lirik lagu diatas benar, saat kita sungguh-sungguh berharap padaNya, kita tidak pernah dikecewakan, justru kita diberikan 'kejutan-kejutan' tak terduga olehNya. Tuhan itu super kreatif yaa.. IA bisa pilih siapa dan apa saja untuk kita belajar dan (atau) memberikan jawaban doa.

"Hidup adalah serangkaian pembelajaran"

Akhirnya, aku yakin Tuhan belum usai menuliskan semua kisah hidupku. Masih bahkan terlalu banyak cerita-cerita indah yang kelak menjadi 'buku kehidupan'ku. Yang kini, dirancangNYA menjadi sebuah 'film kehidupan'.


"Tetapi orang-orang yang menanti-menantikan Tuhan mendapat kekuatan baru; mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu; mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."-Yesaya 40:31



Jumat, 07 Maret 2014

Setetes Air Ditengah Kekeringan (3)

Setahun kepergianmu . . .
Masih teringat jelas dipikiranku, saat pertama kali aku menginjakkan kaki di ‘rumah’mu. Tempat yang asing. Aku duduk di sebuah ruangan yang cukup besar untuk menampug ratusan undanganmu. Aku ke rumahmu dengan satu alasan, PENASARAN. Ya, aku cukup penasaran dengan thema pestamu. Apakah KLASIK itu ? Siapa beliau ? Thema yang tidak pernah aku dengar sebelumnya. Salah satu keunikkan pestamu adalah seragam berwarna kuningnya. Ahaha.. Berasa sesuatu saat mengenakan seragam itu :D

Setahun kepergianmu  . . .
Tak pernah sia-sia aku meluangkan waktuku untuk datang ke pestamu. Ini bukan sekedar pesta biasa. Banyak hal baru yang aku dapatkan sekaligus saat pertama mengenal siapa kamu. Kisah lain di hari yang sama, ketika memiliki kesempatan berkenalan dengan para anggota keluargamu. Kakak-kakak yang sangat welcome dan ramah sekali. Terasa seperti sudah lama mengenal mereka. (hihihi).

Setahun kepergiaanmu . . .
Dari KLASIK lah perjalanan ceritaku bersamamu dimulai. Ada semangat baru untuk belajar merelasasikan salah satu tulisanku. Dan tidak pernah aku duga, TaMu memberikan kesempatan yang langka di kehidupanku. Kejutan itu membuat aku terharu dan menjadi pembuktian akan semua keraguanku selama ini. (Terima kasih TaMu). Kesempatan yang kamu berikan juga perkenalan kita yang berjalan sangat natural menciptakan sebuah mimpi-mimpi baru. Seperti ada chemistry yang aku dapatkan bersamamu TaMu.

Setahun kepergianmu . . .
Mimpi-mimpi itu semakin ingin aku wujudkan bersamamu. Namun, ada rasa lain yang mengundang jutaan pertanyaan di benakku. Ada apa dengan dirimu? Apa yang kamu sembunyikan ? Aku tak tenang, hingga akhirnya kamu menghembuskan nafas terakhirmu di dunia ini. Perih.
“Hei, ini bunga tidur saja kan?”
“TaMu, mengapa kamu tak jawab aku ?”
           Diam. Hanya ada bisikan hati yang berbicara.
“Kenapa kamu harus pergi secepat ini TaMu ?”
“Kenapa kamu meninggalkan aku begitu saja ?”
“Apa kabar dengan semua mimpi-mimpi kita ?”

Setahun kepergianmu . . .
22 Maret 2013.
Hari yang ingin aku skip. Hari dimana seluruh anggota keluargamu berkumpul untuk mengantarkan ke peristirahatan terakhirmu. Kami tertawa, tapi itu bukan tawa yang sesungguhnya. Kami bercanda, tapi itu bukan canda yang sesungguhnya. Bahkan langit pun turut berduka dengan kepergianmu ke Surga. Langit kehilangan kamu, TaMu.

Setahun kepergianmu . . .
Seberapa jauh kita menghindar yang namanya kenyataan hidup harus tetap dihadapi kan ? Aku masih tidak rela bahwa wujudmu benar-benar tidak ada. Kamu perlu tahu TaMu, kamu adalah setetes air di  tengah kekeringanku. Kamu sudah membuat pencarian kesegaranku terhenti. Tuhan pilih kamu untuk mewujudkan cita-citaku (jawaban doa) selama ratusan hari aku memintanya. Setetes air itu membangkitkan semangat baru dan mulai berjalan menemukan panggilan dan tujuan hidupku.

Setahun kepergiaanmu . . .
Aku sangat percaya, kamu bukan saja menjadi setetes air. Kamu sudah menjadi matahari, bintang, pohon, bahkan pupuk untuk semua orang di dunia ini (terutama anggota keluargamu). Kamu unik di hidup kami. Kalau kata editor kece nya TaMu “biarkan jadi kisah klasik untuk anak cucu”. Pasti. Suatu hari nanti aku akan menceritakan kepada anak cucuku (bahkan mereka perlu mengerti) bahwa di dunia ini pernah ada sesosok yang mendedikasikan hidupnya untuk orang lain.

Setahun kepergiaanmu . . .
Mungkin ini motto hidup kamu “Hidup ini bukan tentang aku, tetapi tentang Tuhan, tentang mereka”
Ketiadaan wujudmu menyadarkanku, membuatku belajar, bukan berapa banyak waktu yang kita habiskan di dunia ini, namun apa yang sudah kita lakukan selama waktu ‘yang dipercayakan’ Tuhan  kepada kita ?  Ya, aku belajar, kita perlu menjadi orang yang berdampak (berguna) untuk sekeliling kita. Kita tidak boleh menjadi egois. Yang semua bercerita aku, aku, aku, aku,dan aku. Nyatanya, kita tidak bisa hidup sendiri. Kita tetap membutuhkan orang lain. Bahkan sebaris lirik lagunya Sammy Simorangkir (mungkin) adalah gambaran dirimu “....Ku rela berkorban tak mengapa namun kau harus bahagia....”

Setahun kepergiaanmu . . .
Akhirnya, TaMu sudah menyelesaikan pertandingannya di dunia ini (dengan sempurna). TaMu tak benar-benar pergi dari kehidupanku juga anggota keluargamu. Fisikmu memang tiada, tetapi ‘roh’mu tetap ada di setiap jiwa kami. Mungkin, semua mimpi-mimpiku bersamamu pupus, namun itu bukan akhir dari segalanya kan ? Satu yang aku pelajari, mungkin impian kita kandas, tetapi ketahuilah dibalik impian yang kandas Tuhan sudah menyiapkan impian baru sesuai visi impian kita. Semua hal yang TaMu lakukan di dunia ini mengandung satu pesan “Kau harus bahagia”. Aku percaya itu impian terbesar TaMu melihat kita semua bahagia (kita gak boleh sedih lagi yaa. . Kita harus mewujudkan impian terbesarnya TaMu).

Setahun kepergianmu . . .
Selamat berbahagia TaMu, Terima kasih untuk semua pengorbananmu kepada kami. Terima kasih sudah mengajari banyak hal (tentang kehidupan) yang pasti takkan kami lupakan. Terima kasih untuk canda, tawanya. Selamat berbahagia. Tenanglah disana. . .


Dari yang mencintaimu,
TaMu lovers