Selasa, 26 Juli 2016

Tenanglah

2 minggu ini tidur berasa gak nyenyak.. tengah malam bisa kebangun padahal tidurnya udah malam banget. 


Mungkin karena tuntutan pekerjaan yang membuat kegalauan di hati. 

Efek pindah ruangan, pindah tempat duduk, tiket-tiket yang melayang, serta 'drama' tempat kerja yang gak mau kalah eksis, seketika bikin kepala pengen pecah. Seketika lupa bahagia

.
Satu minggu kurang satu hari, Tuhan cuma taruh satu kalimat di hati, yaitu : "Terima kasih Tuhan."


Lalu berfikir.. 

"Gak ada cara lain selain bilang terima kasih Tuhan. Mau ngeluh pun gak ubah apa-apa" 


Aku pun memutuskan untuk berkata : "Terima kasih Tuhan buat pekerjaan aku. Terima kasih Tuhan buat hari ini. Terima kasih Tuhan aku masih boleh berproses"

Masih di hari yang sama di waktu yang berbeda. Tiba-tiba, notifikasi di hp berbunyi dan mengatakan aku menang lomba kontes foto. Cuma hitungan detik, senengnya minta ampun.. Kalau aja depan aku pantai, pasti lari-larian dan teriak "Terima kasih Tuhan"-nya lebih kenceng. 


Bahagianya aku bukan karena semata-mata menang lomba, apalagi ini lomba pertama kalinya di bidang fotografi. Tetapi ada pesan tersendiri yang Tuhan mau sampaikan;

1. Kamu tidak pernah sendiri. 

2. DIA selalu mendengar seruan hati anak-anakNya. 

3. Tuhan mau lihat kita bahagia (yang ini 'nyess' banget). 


***


Setelah aku merenungkan lagi, ada satu hal yang hampir hilang di hidup aku, 


TENANG. 

Iya, aku krisis ketenangan. 


Saat itu aku bilang sama Tuhan : "Tuhan aku mau tenang." 


Siang tadi, aku mendengarkan renungan di salah satu radio, dan menjawab cara kita mengalami ketenangan di dalam hidup. 

Ada 3 poin yang disampaikan, yaitu  : 

1. Punya hubungan yang karib dengan Tuhan. Jangan tinggalkan jam-jam doa dan ibadah. 

2. Memiliki penyerahan diri kepada Tuhan

3. Hidup dalam kebenaran


1 Petrus 4:7 :"Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa."


Akhirnya, ketenangan, kedamaian, sukacita sejati hanya ada di dalam Tuhan Yesus. 


Praise the Lord!


(Jessica)

Rabu, 20 Juli 2016

3 Tips Menjadi Terang Kristus di Tempat Kerja

Allah telah sengaja menempatkan Anda di mana pun Anda berada sekarang. Biarpun Anda masih single atau telah menikah, kerja dimanapun dan apa saja, Tuhan secara pribadi menempatkan Anda di sana untuk suatu tujuan. Tuhan ingin Anda untuk tetap meninggikan nama-Nya. 



Ini sama dengan karir Anda. Apapun pekerjaan Anda, Allah ingin Anda tetap mencari-Nya, mengasihi-Nya dan melayani-Nya. Tuhan sengaja menaruh Anda di sana sehingga hal terbaik yang harus dilakukan adalah bukan untuk membuat Anda keluar tetapi untuk tahu mengapa Allah menempatkan Anda di sana dan bersinar layaknya Kristus di tempat kerja Anda. Anda di sana untuk menjadi terang Kristus dan tetap memuliakan Allah. Bagaimana caranya? 


Berikut beberapa tips untuk Anda: 



Pertama, Tetap Carilah Tuhan
Augustine pernah berkata, “Engkau telah membuat kami untuk diriMu sendiri, ya Tuhan, dan hati kami gelisah hingga menemukan tempat kami di dalam Engkau.” Ketika kita mengambil sikap ini dalam bekerja, rekan kerja kita pasti akan jelas melihat betapa kita mengasihi Tuhan. 
Tuhan Yesus memiliki sikap ini ketika Ia mengerjakan pelayanan-Nya di bumi. Dalam segala yang dilakukan-Nya, itu semua untuk Bapa. Dengan cara itu, Bapa dimuliakan di dalam Dia. Kita juga bisa melakukannya  tanpa malu-malu berusaha menghormati Allah saat kita bekerja.



Kedua, Kasihi Teman Kerja Anda
Kita pasti pernah tergoda membandingkan diri dengan rekan kerja lain yang mendapatkan promosi atau bonus, kita juga pernah mengeluh memiliki bos yang cerewet, memberikan banyak tugas. Tetapi kita harus tetap mengasihi rekan-rekan kerja kita. Matius 22:39, “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” 


 
Ketiga, Berikan yang Terbaik
Ketika kita mempertimbangkan kontribusi kita atau kerja keras kepada perusahaan seperti persembahan cinta kita kepada Tuhan, pekerjaan akan menjadi menyenangkan dan kualitas usaha kita lebih dihargai lagi. Layani atau mengabdilah di perusahaan tempat kerja Anda dengan cara yang sama Anda akan melayani Tuhan. Kolose 3:23, “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”



Sumber : jawaban.com

Kamis, 14 Juli 2016

Trauma

Berawal dari kecelakaan beberapa tahun lalu, menyebabkan sebuah trauma di dalam diri saya..

Pertama, tidak mau naik motor

Kedua, tidak mau melewati jalan dimana kecelakaan itu terjadi (secara tiap hari lewat situ terus)

Hingga titik paling ekstrim versi saya adalah mengalami ketakutan yang amat besar terhadap kopaja. Kok bisa?

Kopaja salah satu transportasi umum yang saya gunakan untuk berangkat dan pulang bekerja setiap hari. Kita tau banget gimana para supir kalau udah bawa kopaja, suka kebut-kebutan apalagi kalau ada temannya di depan bisa serobot sana sini tanpa mikir panjang. Sebelum kecelakaan, saya biasa dengan hal itu tapi setelah kecelakaan semua berubah.

Suatu hari, saat berangkat kerja. Saya naik salah satu kopaja yang sudah menunggu di pangkalan. Awalnya biasa aja Pak supir mengendarainya, beberapa ratus meter kemudian, Pak supir menancapkan gasnya kenceng banget dan setelah di tengok Pak supir mengejar kopaja di depannya. Singkat cerita, kopaja yang saya naikin hampir terbalik karena Pak supir yang mencoba mendahului kopaja di depannya.

Selama beberapa bulan saya tidak mau naik kopaja dan memilih naik kendaraan umum lain meski makin jauh perjalanannya.

Pernah satu kali, mencoba kembali naik kopaja (sesungguhnya nolak banget). Hari itu saya gak sendiri tapi di temenin mami. Tau apa yang terjadi ? Keringat dingin, kaki gemetar, bersyukurnya dapat duduk dan sepanjang perjalanan bersembunyi di pelukan mami.

Kini, saya tidak takut naik motor, berjalan di tempat kecelakaan itu, dan naik kopaja lagi. Saya tidak ingat pasti bagaimana semua bisa kembali. Namun, dukungan orang-orang terdekat, keluarga, dan satu Pribadi yang luar biasa yaitu Tuhan Yesus yang memampukan saya melaluinya.

Watch this is :
https://next.yesheis.com/shares/30c605e810ba4f7593636337531b3368

Selasa, 12 Juli 2016

Konsep Pacaran Versi Alkitab


Ibaratnya palang kereta api, kalau kita langgar atau menerobos kemungkinan kecelakaannya besar.

Selamat menemukan belahan jiwa yang sesuai kisah-Nya :)



Saat mengetik kata ‘pacaran (kencan)’ dalam pencarian di Alkitab elektronik, kata itu memang tak akan pernah muncul. Saat saya masih lajang, saya berharap akan ada topik yang secara khusus membahas tentang hal ini, setidaknya satu bab. Saya pun hanya bisa tertawa setiap kali seseorang meminta saya untuk menjelaskan tentang pacaran menurut perspektif Alkitab. Setidaknya tentang konsep pacaran/kencan yang sudah dijalankan sejak zaman dulu. 


Konsep pacaran yang saat ini tampak sangat jauh berbeda dengan dua ribu tahun lalu. Proses hubungan tak lagi memandang kompatibilitas dan kepribadian sifat, garis keturunan keluarga dan status ekonomi. Meski Alkitab tidak berbicara langsung tentang pacaran, namun beberapa ayat Alkitab mengandung prinsip-prinsip yang patut diterapkan dalam sebuah hubungan. Seperti halnya dalam 1 Korintus 10 ayat 23 mengingatkan bahwa segala sesuatu benar tetapi bukan segala sesuatu berguna dan membangun. 


Berikut hal yang perlu Anda pahami tentang konsep pacaran versi Alkitab:

Terlebih dahulu menjadi orang sehat
Cara terbaik memiliki hubungan pacaran yang sehat adalah dengan menjadi orang yang sehat (jasmani dan rohani). Dalam Efesus 4: 22-24 mengingatkan kita agar kita terlebih dahulu membuang sampah dosa dan kebiasaan buruk. Saat kita sudah menjadi serupa seperti Kristus, interaksi dengan orang lain akan jauh lebih mudah sebab dilandaskan pada kasih, kemurahan dan keutuhan. Itu adalah kunci utama untuk dapat memulai hubungan yang benar dihadapan Tuhan. 


Memilih pasangan yang sehat
Memulai hubungan dengan orang lain sejalan dengan kehidupan rohani kita (baca II Korintus 6:14, I Korintus 15:33). Hal ini jelas menuntut kita untuk memilih pasangan yang sehat secara emosional dan spiritual. Jadi kenali kehidupan dan pribadinya lebih jauh. 


Pacaran menjadi kesempatan berbagi
Pacaran dimaknai sebagai jalinan persahabatan antara dua pribadi yang berlawanan jenis. Dari itu kita dituntut untuk mencerminkan kasih Tuhan, mendukung dan membantu orang lain untuk bertumbuh kea rah yang lebih baik (I Tesalonika 5:11). Pacaran tak hanya sekedar status, tetapi bagaimana kasih Anda kepada pasangan terwujud dalam bentuk dukungan secara moral. 


Menjaga batas hubungan fisik
Ikatan secara emosional dan fisik adalah bagian yang sudah sah ketika pasangan telah resmi menikah (baca Ibrani 13:4;Kidung Agung 8:4). Sedang dalam pacaran hal ini sebisa mungkin harus dihindari sebagai bentuk dari cinta kasih yang tulus, penghormatan kepada pasangan sampai menyepakati hubungan ke jenjang pernikahan.


Melibatkan Tuhan dalam hubungan
Bila orang dunia menjalani pacaran dengan secara bebas dan tanpa norma-norma yang ada, maka dalam kekristenan pacaran sebaiknya melibatkan Tuhan di dalamnya. Matius 7: 7 mengingatkan agar kita secara personal membawa setiap permohonan kita kepada Tuhan agar Ia hadir ditengah-tengah hubungan sebagai sumber hikmat, kebijaksanaan dan kearifan setiap saat (Mazmur 34:10).


Jadi, pacaran bukanlah sekedar status seperti kebanyakan terjadi. Setiap orang tentu berharap memilih orang yang tepat sebagai pasangan hidupnya. Sehingga dalam proses pacaran pun, kita diingatkan untuk menjadi cerminan Kristus.


Sumber : Jawaban.com


Watch This is :

https://next.yesheis.com/shares/1d0640ac7693491a8936427fd58c25f9



 

Dia atau dia


3 pertanyaan di bawah ini mungkin membantu teman-teman yang masih dilema mau pacaran beda agama atau gak..

Buat saya catatan di bawah ini tidak muntlak untuk pacaran yang beda agama saja, tapi buat yang pacaran satu agama juga.

Semoga memberkati :)




Menjalin cinta dengan seseorang yang memiliki latar belakang sosial ekonomi, suku dan negara bukanlah perkara besar. Namun bagaimana dengan perbedaan agama? Faktor yang satu inilah yang seringnya menjadi tembok penghalang terbesar dalam hubungan.
Bagi mereka yang tetap getol menjalin hubungan beda agama mungkin tidak akan merasakan risiko secara langsung karena mereka telah dibutakan oleh cinta. Setiap agama tentunya mengingatkan hal ini karena tujuan sebuah perjalanan pacaran adalah untuk mempersiapkan diri menyongsong pernikahan. Sementara pernikahan bertujuan untuk melayani Tuhan melalui keluarga yang kita bangun. JAdi, bagaimana mungkin kita bisa melayani Tuhan dengan orang yang berbeda agama?

Sebelum memutuskan untuk berpacaran beda agama, ada baiknya menjawab 3 pertanyaan ini:

1. Apa motivasi Anda?

Kencan missionaris adalah sesuatu yang mungkin sudah banyak kita dengar. Tetapi berapa banyak dari kita yang benar-benar mengambil bagian di dalamnya? Anda akan terkejut mengetahui bahwa beberapa orang Kristen berkencan dengan seorang yang menentang pandangan agama, dengan harapan mampu mengubahkan orang tersebut.
Tuhan memang bisa menggunakan segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang lain. Namun pertanyaannya adalah apakah Tuhan mendukung hubungan yang tidak seimbang? Tidak. Karena Tuhan menghendaki dua orang yang menjalin hubungan mencari Tuhan bersama-sama (Amsal 16).


2. Apakah pacaran beda agama menghambat hubungan Anda dengan Tuhan? 

Hubungan Anda dengan Tuhan harus selalu diletakkan di atas hubungan Anda dengan orang lain, dan itu termasuk teman hidup. Mereka yang tidak menempatkan hubungan dengan Tuhan di atas segala sesuatunya maka dia bukanlah pasangan yang tepat. Hal ini terdengar sangat keras, tetapi inilah standar dalam menjalin hubungan dalam kekristenan (Amsal 3: 6). 


Tanpa kesatuan spiritual, tidak akan ada kesatuan seksual yang telah Allah rancangkan bagi suami istri. –Andy Murray 


3. Apa yang dikatakan Alkitab tentang pacaran?

Alkitab jelas sekali berbicara tentang hal ini. Namun tak dimungkiri masih saja banyak orang yang tidak setuju, tetapi bagaimanapun pahitnya ketetapan itu dibuat oleh Tuhan. Seperti dalam 2 Korintus 6: 14 dikatakan, “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?”
Hubungan yang paling penting bagi seorang Kristen adalah hubungan dengan Yesus Kristus. Setiap orang Kristen yang percaya firman Tuhan akan memberitahukan Anda tentang hal itu. Hubungan kita dengan orang lain adalah hubungan kedua setelah hubungan dengan Tuhan. Jika orang Kristen memutuskan menikah dengan orang yang tidak percaya, kita harus bertanya apakah dia memilih untuk mengabaikan firman Tuhan tentang pasangan yang sepadan?


Sumber : Jawaban.com 


Watch this is :