Kamis, 13 Agustus 2015

Second Life : Kau Hadir Untuk Sebuah Alasan






"Sayur ini memang pahit, tapi kalau kamu sudah biasa merasakan pahit, tubuhmu pasti akan mendapatkan manfaat dari sayur ini. Pahit itu hanya sementara, sayang"


Kutipan di atas saya temukan saat membaca sebuah novel (sampai sekarang judul novelnya lupa). Kemudian saya merenungkan makna tersurat dari kalimat tersebut. Melihat kembali diri saya.

“Pahit ?”

“Sudah biasa ?”

“Manfaat ?”

“Hanya sementara ?”

Dalam tulisan kali ini saya membawa perenungan, pertanyaan di atas pada peristiwa setahun lalu. Saat saya kecelakaan.



13 Agustus 2014.

Kecelakaan bukan impian yang saya inginkan. Tetapi malam itu waktu berkata lain. Saya harus mengalami. Yang saya lakukan saat itu, teriak, marahin yang nabrak. Kemudian saya merasakan sakit yang luar biasa pada kaki kanan. Saya tidak bisa menopang tubuh saya sendiri. Singkat cerita, saya menjalani pengobatan demi pengobatan. Lamban laun saya sudah bisa menopang tubuh saya.


Berdasarkan pertanyaan di atas :

1.     Pahit ?
Tentu. Peristiwa ini hampir meluluhlantahkan hati saya. Dalam masa pengobatan dan pemulihan saya sempat berpikir kenapa gak detik itu malaikat penyambut nyawa datang.

2.     Sudah biasa ?
     Tidak. Siapa yang berharap kecelakaan.

3.     Manfaat ?
Awalnya saya tidak merasakan manfaat apa-apa. Saya masih marah dengan orang yang tidak bertanggung jawab itu, saya memprotes hidup ini. Saya berharap untuk mengakhiri semuanya. Akhirnya, saya belajar untuk mengampuni, semakin setia dengan proses.

4.     Hanya sementara ?
Saat saya belum belajar satu hal, saya meragukan kata hanya sementara. Berjalannya waktu (dengan pengobatan-pengobatan yang saya jalani) saya sudah bisa melakukan aktifitas seperti biasa.



**

Ketidakpastian dalam hidup tidaklah selalu menyenangkan. Kita berusaha untuk merancangkan, memperkirakan, mengusulkan apa yang ingin terjadi dalam hidup kita, tetapi sering kali kita seperti menebak-nebak saja. Kita tidak memiliki gambaran apapun yang akan terjadi tahun depan, bulan depan, minggu depan, besok, bahkan beberapa detik berikutnya. 

Seperti kecelakaan yang saya alami contohnya. Padahal saya sudah merencanakan segera sampai rumah, makan, menyegarkan pikiran dan tubuh saya .



Jalan hidup kita tidak dapat diduga. Ada begitu banyak hal yang tidak akan pernah saya ketahui secara pasti. Namun demikian, saya mengetahui bahwa ada Allah yang mengetahui segalanya dan mengasihi saya sepenuhnya. Dan dengan mengenal Dia, saya dapat “diam” dengan tenteram. —Bill Crowder 



Memang pertama kali saya sukar menerimanya. Bertanya mengapa saya harus mengalami ini ? Bertanya mengapa saya tetap hidup ? Seiring berjalannya waktu, saya belajar, adakalanya Tuhan pilih sesuatu yang kita tidak suka agar rencanaNya tergenapi di dalam hidup kita. Beliau ingin kita mengalami peningkatan hidup. Tidak stuck atau jalan di tempat. Tuhan Yesus ingin kualitas hidup kita semakin sepertiNya. Saya pun di ingatkan, bahwa Dialah yang memiliki ‘blue print’ hidup saya.



“Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!”-Mazmur 46:11



Tulisan ini saya buat untuk mengenang kembali pahit hidup (kecelakaan) dan manisnya penyertaan Allah. Inilah proses hidup bagi saya. Jika Tuhan tidak menuliskan ini dalam buku-Nya, saya pun tidak akan bertumbuh dan mendapatkan hadiah istimewa-Nya.


Saya juga mengucapkan terima kasih untuk orang yang sudah menabrak dan pergi tanpa kata. Semoga Anda tetap berbahagia :)


Jika Tuhan memiliki ‘blue print’ hidup saya, Tuhan yang sama juga punya ‘blue print’ hidup Anda. Mari, belajar menyelaraskan jalan kita dengan-Nya.




Pemeliharaan Allah adalah kepastian yang dapat kita andalkan dalam ketidakpastian hidup.


(Jessica Natallia)


Rabu, 12 Agustus 2015

Si Gojek Yang Fenomenal




Gojek

Siapa sih yang kenal ?

Transportasi berbasis teknologi ini menjadi buah bibir masyarakat Indonesia. Dari mulai promonya yang banting harga, selisih paham sama ojek ‘manual’, pendapatan para driver yang fanstastis, sampai spanduk-spanduk kecaman bertebaran dimana-mana.
 

Melihat atusiasme masyarakat mengenai Gojek, saya jadi penasaran naik Gojek. Waktu pertama kali naik Gojek, saya happy banget sama pelayanananya. Proses yang tidak terlalu lama, driver yang ramah, dan pembawaan kendaraan sesuai standar yang berlaku. Gak salah deh apresiasi masyarakat sama Gojek. Sejak saat itu, saya suka naik Gojek dan bertemu driver-driver berbeda beserta cerita-ceritanya.



Yang mau saya share sama kalian :


Hadirnya teknologi membuat segalanya terasa mudah, seolah-olah tidak ada yang perlu dibatasi. Padahal tidak! Di dalam teknologi tetap ada sulitnya. Tetap ada dasar-dasar hidup di dalamnya. Sayangnya masih banyak diantara kita yang berfikir dengan kecepatan teknologi semua beres dalam hitungan 0.00000000000000000000000000000000000000000000000000000001 detik.



INSTAN sama dengan CEPAT. CEPAT bukan berarti TIDAK ADA PROSES.


Kehadiran Gojek bagi saya cukup membantu. Saya tidak perlu menunggu lebih lama dengan kemacetan dan aman. Nah, hingga suatu hari batin saya mulai bernyanyi. Lagu apakah yang batin saya nyanyikan ?


Begini kisahnya..

Menjelang berakhirnya jam kantor ..

“Pulang naik Gojek atau Kopaja yaa ?”

(Berpikir) 

“Naik Gojek aja kan lebih cepat sampai. Naik Kopaja penuh, macet, belum lagi kalau supirnya ungal-ungalan”

Beberapa saat kemudian…

“Jadi segitu arti berjuang kamu, Jess ?”

Diam.

***
 
Lahirnya Gojek sangat membuka peluang (taraf hidup lebih baik dari segi materi) bagi ribuan driver dari berbagai latar belakang juga tingkat customer yang membutuhkan kecepatan, kebenaran, dan keamanan. Gojek telah melukiskan senyuman bagi ribuan orang (yang mungkin sudah lupa caranya tersenyum).


Nyanyian batin saya membuat saya berpikir dan merenung lagi. Ternyata, teknologi bukan segalanya. Teknologi tidak pernah bisa menyulap apapun yang kamu mau (sekalipun secara kasat mata bisa). Sekali lagi batin saya berkata : “Dasar hidupmu harus kokoh. Kembali kepada makna hidup yang sebenarnya.”


Ibaratnya gini, kalau warna dinding rumah kita sudah mulai pudar atau mau ganti suasana tentu kita akan memperbaiki tampilan saja, bukan fondasinya. Dengan kata lain, perubahan itu perlu tetapi tidak mengubah standar/dasar yang berlaku.


Kehadiran Gojek untuk saya telah mengingatkan bahwa :

HIDUP tetap PERJUANGAN

HIDUP adalah BELAJAR

HIDUP itu PROSES
 

Biarlah kecanggihan teknologi tidak membuat kita lupa diri. Lupa, untuk terus belajar, berproses, dan berjuang. Apapun profesi yang kita pilih (bahkan Tuhan yang pilih) di jalankan dengan sebaik-baik dan sebenar-benarnya.


Profesi bukan tujuan. Profesi adalah alat mencapai destiny hidup

**

Secuil harapan untuk Gojek (Tolong sampaikan jika bertemu ‘pak’ Nadiem Makariem) :

Semoga visi misi Gojek tidak hilang, management Gojek meningkat. Semakin banyak memberikan ‘hidup’ untuk banyak orang. Menindaktegas bagi driver (maupun customer) yang tidak menjalankan aturan yang ada. Dengan demikian, Gojek menjadi contoh untuk pengusaha-pengusaha transportasi lainnya :)


(Jessica Natallia)