Selasa, 23 Juli 2013

Full Moon

Entah mengapa tahun ini aku merasakan bulan suci Ramadhan sangat amat berbeda dari tahun-tahun sebelummnya. Bukan karena bertepatan dengan BBM naik, pendaftaran masuk sekolah, dll. Namun yang sangat signifkan adalah sering banget turun hujan. Tahun-tahun dulu  puanaaaassssnya minta ampuuunnn. Perjuangan banget puasa dengan panasnya kaya gitu. Kalau hujan terus kaya sekarang puasa bisa bed rest terus yaa (hahaha). Ada satu hal lagi yang membedakan bulan suci Ramadhan kali ini, yakni munculnya full moon bila malam hari tiba. Seperti malam ini misalnya, cantik bulan diluar sana, cahayanya melebihi terangnya lampu-lampu rumah yang ada. Semua terpesona melihatnya (termasuk aku). Keren bangett!



 Malam ini aku belajar satu hal dari si 'bulan'. Kalau kalian perhatiin bulan itu ada di tengah-tengah langit yang gelap trus yang membedakan adalah cahayanya. Semua mata memandang cahaya tersebut. (yakan?) Semua orang terpesona dan tak pernah mikirin gelap di sekelilingnya. Ini mengigatkan aku tentang cara memandang. Akhir-akhir ini, cukup mikirin soal pekerjaan dan kuliah aku (mau dibawa kemana kalau kata lagu Armada). Setelah lulus dua bulan ini, masih belum ada kepastian bakal kerja dan kuliah dimana? Udah coba masukin lamaran pekerjaan di dua tempat dengan situasi yang berbeda. (ketika keinginanku dan keinginan orang lain berbeda) dan (ketika keyakinanku dan keyakinan orang lain berbeda). Kuliah? Mau pastinya. dan rasanya gak sabar pengen kuliah. (awal masuk SMK, jujur gak sesemangat ini kepengen kuliah. Tapi semenjak ada TaMu berubah semuanya. Yaa.. walaupun sekarang dia udah lebih bahagia di Surga :')). Dirundung kegalauan sich sebenernya (haha). Nah, semua persoalan yang ada itu seperti langit yang gelap di sekeliling bulan tadi dan bulan beserta cahayanya adalah Tuhan Yesus yang menjamin kepastian. Tinggal, akunya ini mau tetep memandang bulan yang bercahaya atau langit yang gelap itu?


Dan bukan tanpa alasan kenapa setiap malam dan bertepatan dengan bulan suci Ramadhan ada bulan yang setia bersinar di langit sana? Salah satu alasannya adalah, mengajari kita untuk tidak kehilangan fokus kepada Sang Pencipta, karena hanya disanalah kita akan temukan keindahan lain yang belum pernah kita lihat dan rasakan.


Ini ceritaku, apa ceritamu ? :)







Full Moon yang aku lihat malam ini

Rabu, 17 Juli 2013

Power Point


Kemarin adikku minta dibuatin PP alias Power Point buat tugas sekolahnya. Sesungguhnya aku mager kalo disuruh buat PP, ampun ampun dah. Mengerjakan Power Point ituuuu.... sesuatu banget, kalo ada pilihan lain mending buat artikel aja deh :D. Lagi-lagi gak ada pilihan, alhasil mau tidak mau kudu dibuat juga.(Saking cinta adee, jadi gak tega) :D. Mengerjakan Power Point semalaman, aku jadi teringat dengan kisah Power Point lainnya. (Mau tau?) (keep stay tune).


Terjadi baru empat bulan yang lalu. Kala itu aku masih jadi anak sekolahan yang memperjuangkan hidup dan matiku.(lebay) Serius loch, jadi anak kelas-kelas ujian banyakan gak enaknya. Apapun dipelajari, apapun dibahas, apapun dijadikan ujian. Selalu dijadikan ‘tumbal’ oleh guru-guru biar anak-anaknya pada belajar. Begitu juga dengan satu mata pelajaran ini AGAMA. Disaat udah pusing-pusingnya dan stres ngadepin ujian mulu tiap hari, si ‘agama’ ini minta ujian praktik pake power point.(alamak!). Gurunya masih baik banget, masih ingat sama proses, dikasih waktu satu bulan untuk membuat power point tersebut.




Sebenarnya waktu satu bulan itu gak cukup. Betapa tidak,  ini otak udah terbagi ke segala pejuru dari Sabang sampe Marauke. Agak miris aja gitu masih harus membagi lagi buat mikirin konsep materi pluss dkknya.(tepar). Hari demi demi harI berlalu, kegiatan sekolah udah kaya kereta api ekpress yang kaga ada jedanya(kayanya masih kalah ke-ekspresannya). Entah kenapa mikirin konsep materi agama buat aku beban banget. Apa karna udah kebanyakna yang dipikirin atau emang pelajaran agama punya ‘roh’ sendiri? Jujur, dikasih temanya pun tetap gak menemukan konsep materi yang pas ditambah notebook saya yang masuk UGD (berlipat sudah stressnya).


Semingggu sebelum ujian praktik.
Kesana kesini cari materi. Coba rangkaikan huruf-huruf yang ada (udah kaya maen puzzle) supaya menjadi satu kalimat demi kalimat. Deadline yang makin dekat dan notebook yang kaga sadarkan diri di UGD, membuatku harus melangkahkan kaki ke warnet (males banget sebenarnya,cape! Kalo dirumah masih bisa ngerjain sambil ngopi-ngopi kan?). Sampai diwarnet langsung booking 3 jam, berharap dalam waktu segitu selesai materi dan PPnya, jadi beban berkurang dan  bisa fokus ke penjuru lainnya. Ajaib! 3 jam cuma bisa selesaikan 1 paragraf! (mateng). Hopeless men, baru kali ini main puzzle serumit ini.(kaya sering aje maen puzzle). Pulang dengan tangan hampa dan ngoceh dalam hati:
“Ini gimana Tuhan? Gak lucu kan gak lulus gara-gara nilai agama? Macam Ateis bisa bisa” “Haduuuuhhhh, apa yang harus aku tulis?”
“Hopeless nihh”
“Waktu tinggal seminggu lagi loch, masa gak ujian?”
“Berikan saya pencerahan Tuhan, mentok!”

Satu hari, dua hari, tiga hari, empat hari dan seterusnya tak jua ku jumpai ‘batang hidungnya’. Teman-teman yanng lain udah pada heboh dengan Power Point yang mereka buat (ceritanya udah jadi tinggal direvisi dikit). Tinggallah aku yang masih gak tau mau tulis dan buat seperti apa(seorang boo, seorang!) (pengen nangis rasanya). Dan tidak ada pilihan lain, H-1 praktik agama aku harus selesaikan perkara ini.
 

H-1 Ujian Praktik Agama
Jam sekolah yang tidak bisa diberi kelonggaran, memaksaku tetap ada di kelas dan dengerin semua nasehat-nasehat guru yang masuk. Pikiranku melayang dengan ujian praktik agama, rasanya mau tinggalkan kelas trus duduk manis di layar komputer dan berkutat sampai menemukan pencerahan. Jam menunjukkan pukul 18.00 (baru nyampe rumah) tubuh ini udah lelah sekali, pengen cepet-cepet ketemu kasur dan bercanda ria sama alam mimpi. Sayang, di waktu  yang sama aku harus ke warnet (lagi). Kali ini aku booking 2 jam. Gak mau tau pokoknya harus selesai gimana pun caranya (demi lulus). Menit-menit pun berjalan, ku jelajahi semua materi yang menyangkut tema tersebut, lalu kucoba mengetik dan mengetik (Tuhan Yesus, bantu saya). Kurang dari semenit berdasarkan waktu booking, saya berhasil menyelesaikannya dan tau kemana arah presentasi besok (red.Maret 2013) (Horeee... Puji Tuhaaann!)


Ujian Praktik Agama
Sekitar pukul 10.00 ujian praktik agama dimulai. Tetep yaa yang namanya ujian bikin deg-degkan (apalagi agama). Satu orang, dua orang, (makin nerveous), akhirnya dari pada kepanjangan nerveousnya aku memilih maju (ajaib!). *tarik nafas* (Blessing me God)
“Syaloom, bapak guru dan teman-teman, selamat pagi. Saya Jessica dari XII AK 2  ingin mempresentasikan hasil power point saya”
“Jadi..............” klik slide pertama.
            Beberapa menit kemudian..
“Demikianlah presentasi saya. Tuhan Yesus memberkati” mengakhiri tak lupa dengan senyumnya.

Aku pun kembali ke tempat duduk, tenang dan lega pastinya bisa melewati proses ini. Trus tiba-tiba diingatkan sama Tuhan ini >>> “Andalkan Tuhan”. Sukacitaku penuh dan semuanya karena Tuhan Yesus (Thanks a lot Jesus :D)


“Dan #bahagiaitusederhana lewat ngerjain PP nya @JenniTomlinson_ bisa mengenang kembali masa-masa stess dan keajaibanNya yang luar biasa :))”

Dan bukan suatu kebetulan kalau kemarin disuruh bantuin buat power point. Dengan begitu, aku secara pribadi boleh mengingat kembali karya-karya Tuhan yang super duper luar biasa itu. Kemampuan, kehebatan, kepintaran yang kita miliki terbatas. Otak segede bakpau yang kita punya gak sanggup nampung semua hal yang kita mau (apalagi menyangkut pilihan). Makanya, betapa pentingnya kita untuk selalu mengandalkan Tuhan di setiap aspek kehidupan kita. Jangan mengira kalau Tuhan Yesus cuma mau ngerjain hal-hal besar aja. TIDAK! Justru Tuhan Yesus selalu berkarya lewat hal-hal kecil yang mungkin kita lupakan. Tak perlu sungkan untuk meminta bantuanNya sekecil apapun itu, Tuhan pasti bantuin kok :)

Finally, aku pun berhasil menyelesaikan power point adikku meski itu rasanya perjuangan.Hahaha.. (tetep power point itu sesuatu). :D

                                                            -THE END-


Selasa, 16 Juli 2013

Bahagia Itu Sederhana

Bahagia?? Siapa sich yang gak pengen bahagia? Semua orang bahkan hewan dan tumbuhan pun menginginkan hal tersebut. Berbagai cara kita lakukan, mulai dari belajar tekun supaya dapat juara kelas dan dikagumi teman-teman, bekerja keras supaya dapat uang banyak dan bisa beli apapun yang kita mau, dan masiiiiihhh banyak lagi.


Apa arti kata BAHAGIA itu sendiri?
BAHAGIA adalah keadaan atau perasaan senang dan tentram (bebas dari segala yang menyusahkan). Jadi bahagia ketika apa yang kita inginkan tercapai (dengan mudah).


Namun, tak jarang ada orang-orang yang sudah mendapatkan semua yang diinginkan, masih saja berkata: "Saya belum bahagia" (Nahloh). Jadi, seperti apa bahagia sesungguhnya?


Point paling penting untuk kita bahagia adalah BERSYUKUR. Pertanyaannya:"Gampang gak bersyukur?". Sebagian menjawab gampang ketika hal-hal yang menyenangkan buat kita. Lalu menjadi susah saat hal-hal buruk hadir di kehidupan kita.


Sebenarnya BERSYUKUR mudah saja, sayangnya pikiran kita ini sudah terprogram dengan UKURAN. Pernah dengar istilah "rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri"? Waktu kita punya motor pengen punya mobil. Udahh dapat mobil, pengen mobil yang lebih mewah yang didalammya ada tv, tempat tidur, dapur, dll. Saat berada di sekolah favorit, kita masih komentar dengan tugas-tugasnya yang seabrek. Udah dapat pekerjaan yang baik dengan gaji yang besar masih pengen naik gaji, dan jutaan cerita lainnya. Inilah  rasa tidak puas yang ada di diri kita yang cenderung melihat dari 'rumput tetangga lebih hijau'


Bahagia itu gak sulit. Bahagia bukanlah barang langka yang susah dicari. Bahagia ada didalam diri kita sendiri. Sadar atau tidak, bahagia sejati ada di setiap hal-hal kecil yang kita abaikan. Seperti masih bisa bangun pagi dan bernafas tanpa bantuan tabung oksigen, berpergian tanpa mengalami kecelakaan, berkumpul dengan keluarga, teman, atau kerabat, dan yang paling sederhana saat kita masih bisa tersenyum. *smileeeeeeee :)* Terkadang kita lupa dengan hal-hal kecil seperti itu. Kita terlalu fokus dengan hal-hal besar sampai kita tidak menyadari kalau kebahagiaan sangat dekat, terlalu dekat.


Bahagia tidak ditentukan dari apa yang belum dimiliki, tetapi dari semua yang kita miliki sekarang.



Seperti Tuhan yang hanya sejauh doa, bahagia pun hanya sejauh keputusan. Bersyukurlah senantiasa karena hidup kita terlalu berharga.



"Senangkan hati Tuhan dengan bersyukur, jangan bersungut-sungut"



#Bahagiaitusederhana :)




Jumat, 12 Juli 2013

Nikmati

Suatu hari saya punya kesempatan naik perahu nelayan di suatu pantai. Senang banget pastinya, secara bakal mengelilingi pantai dan melihat sejuta keindahan yang ditawarkan oleh alam semesta ini. *Nice*. Lalu naiklah saya ke dalam perahu tersebut yang cuma muat max 6 orang. Perlahan, perahu tersebut berjalan meninggalkan tepi pantai yang dinikmati oleh banyak pengujung itu. Rasa penasaran saya seakan hanyut dalam jarak kira-kira 200 meter. Kenapa? Jantung saya berdetak lebih cepat dari biasanya. Rasanya seluruh saraf-saraf di tubuh ini saling menarik. Betapa tidak, saya mengalami ketakutan yang luar biasa. Saya takut perahu itu terbalik akibat ombak yang datang cukup besar. Dalamnya pantai bukanlah dalamnya kolam renang, yang saya pikirkan adalah "bagaimana kalau saya jatuh?" "Saya kan gak bisa renang". Bisa dibayangkan, perahu tersebut hanya perahu kecil yang diberi penompang berupa kayu untuk menyeimbangan badan perahu serta satu speetboard sebagai alat gerak pengemudinya. Diatas perahu, saya itu cerewet "ini gimana?" "kalau perahunya terbalik gimana?" pokoknya kepo banget dahh :D. Dalam hati saya "ini bapak pengemudi perahu gak pernah takut apa sama ombak yang segini gedenya?" Sepanjang perjalanan bapak tersebut hanya bilang:"Ikutin aja alur geraknya". Whatt? Selius? Miapa? *tanya kilat dalam hati lagi*. Dan akhirnya saya mencoba mengikuti saran bapak tersebut. Emang sich lebih terasa santai dan gak ngerasa saling narik lagi nih saraf-saraf, namun tetap saja dag-dig-dug di hati tuh gak ilang.



Peristiwa itu membawa saya belajar suatu hal. Belajar apa sich? Kira-kira, teman-teman dapat apa dari kejadian diatas?(Coba renungkan) sebelum saya berbagi cerita lebih lanjut.




Saya percaya ada berbagai jawaban dari kalian semua yang pastinya kece-kece (hehehe). Okee.. simak kisah yang berikut ini (cekidot)




Berapa banyak dari antara kita yang punya cita-cita, mimpi, atau harapan? Saya yakin semua manusia pasti punya. Bahkan satu manusia saja sanggup memiliki jutaan mimpi atau harapan dibenaknya. (betul apa betul? :D) Senang kan waktu kita punya mimpi apalagi kita tau kalau mimpi itu bisa kita wujudkan.  Pasti atusiame kita bertubi-tubi. Namun dalam perjalanannya, berapa sering kita jumpai hambatan, tantangan, atau rintangan? Berapa sering kita mulai tersentuh batu kerikil yang berserakan di perjalanan kita? Berapa banyak hal-hal yang mengecewakan hadir di hati kita? Apakah masih ada atusiasme yang bertubi-tubi seperti diawal? Atau justru kita mulai lelah, putus asa, dan rasanya ingin menyerah?

Semua mimpi atau harapan kita  ibarat kejadian diatas. Ketika pertama kali saya punya mimpi bisa melihat keindahan lain dari alam ini melalui pantai. Bagaimana saya gembira bahwa ada alat yaitu perahu yang bisa menghantarkan saya ke tempat yang diidam-idamkan. (Semangatnya itu loch.. ) Tapi sampai di jarak 200 meter saya mulai mengalami hambatan, tantangan berupa ombak demi ombak yang datang silih berganti mengoncangkan perahu yang saya tumpangi. Saya mulai tidak fokus dengan tujuan awal saya. Saya hanya memikirkan bagaimana dengan diri saya, perahu serta ombak tersebut.


Terkadang dalam kehidupan ini, seringkali kita kehilangan fokus akibat problematika yang ada. Keponya saya diatas perahu tadi bisa umpakan seringnya kita mengeluh waktu persoalan datang menyapa hidup kita. Kita mulai tidak terima kejadian-kejadian aneh itu, kuatir, merasa bahwa ini salah. Coba kita tengok bapak yang mengemudi perahu tadi, beliau bilang apa: "Ikutin aja alur geraknya". Bapak itu seperti Tuhan Yesus, Dia memberi wejangan, memberi kepastian bahwa semua akan baik-baik saja dan indah pada akhirnya. Sayangnya, hati dan pikiran kita tidak mudah menerima apa yang Tuhan katakan. Kenapa?  Karena hati dan pikiran kita terisi penuh oleh segala kekuatiran dan hanya berpusat pada persoalan yang ada.


Pelajaran ini membuat saya mengerti, selama kita hidup di dunia ini masalah pasti ada. Namun, pesan Tuhan yang begitu kuat adalah nikmati setiap irama ombak yang datang diatas perahu kita. Tetap fokus pada harapan-harapan yang ingin kita capai. Banyak mengucap syukur, dan yang paling penting dengar-dengaran akan Tuhan dan percaya sepenuh hati. Tuhan Yesus sudah mengerti lebih dulu ombak-ombak kehidupan yang kita hadapi. Dia juga tau seberapa kuat 'alat' yang kita gunakan untuk menghantarkan pada harapan kita. Sama seperti bapak pengemudi perahu tadi dia paham akan gulungan ombak yang saya lihat dan rasakan. Mengetahui seberapa mampu perahunya membawa saya menikati keindahan pantai, meskipun hanya dengan satu sisi penyangga dan satu speetboard.



"Hidup itu penuh perjuangan kalau mau mengalami kemenangan demi kemenangan"



Rabu, 10 Juli 2013

Sebutir Benih

Pasti masih ingat kan pas zaman TK atau SD dulu disuruh menanam sama guru kita?
Masih ingat gak unsur utama apa untuk menghasilkan sebuah tanaman?
Hayooo,, hayooo,, jangan ngaku alumni TK dan SD kalo lupa bahkan gak tau apa itu.. hihihi^^
Yap, BENIH.

Benih itu apa sich?
Benih adalah biji tanaman yang telah mengalami perlakuan sehingga dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman. Coba kita flashback (itung-itung mengenang masa kecil dulu yang masih polosnya minta ampuuunnn. hihihi^^)  Masih ingat, gimana saat itu kita ngacak-ngacak tanah beberapa meter sampe gak sadar baju kita udah kotor kemana-mana. Dirasa cukup kedalamannya baru dech kita taburin benih-benih yang ada. Entah benih mangga, stoberi, jeruk, atau yang paling ngetren kacang ijo.
Setelah ditaburin kita selimuti benih-benih tersebut dengan tanah sampe bener-bener kaya semula lagi.
Trus guru kita pesan: "Anak-anak, jangan lupa yaa setiap pagi disiram benihnya, biar tanamannya cepat tumbuh". Lalu dengan jawaban polosnya :"Iyaaa, ibuuuuuu"sambil tangan kita ngelap wajah yang berkeringat,alhasil muka nandingin badut :D  Beberapa minggu kemudian, kita mulai melihat ada tanda-tanda kehidupan dari benih yang kita tabur. Mulai terlihat batangnya, ranting,daun, sampe akhirnya tanaman itu besar dan menghasilkan buah yang kita idam-idamkan. (Horeee.. pekerjaan kita gak sia-sia :D*sorak bahagia seorang anak polos*)



Kira-kira seperti itulah ilustrasi kehidupan kita sekarang. Kita ada karena benih. Kita jadi sekarang karena benih. Kita yang akan datang karena benih. Tentunya benih yang ada dalam hidup kita bukanlah benih tanaman seperti ilustrasi diatas. Lalu, benih apa itu? (Ada yang mau jawab?)
1.Benih ucapan
2.Benih penglihatan
3.Benih pendengaran
4.Benih perasa
5.Benih tindakan
Semua benih-benih itu pada akhirnya akan menjadi besar dan disebut pohon karakter.



Seorang petani bermimpi kelak hasil panennya memuaskan
Seorang pencuri berharap mampu mencuri lebih banyak lagi
Seorang konsumen kuliner bercita-cita ia bisa berkata: "Wah.. delicious"
Seorang koruptor berangan-angan "apa lagi yang bisa saya invest yaa"

Apapun mimpi, harapan, cita-cita, atau angan-angan semuanya bergantung dari benih yang kita tabur.
Hati kita ibarat tanah yang digunakan untuk menanam benih. dan kita pun tau bahwa sifat benih itu tertutup, tak terlihat. Lalu pertumbuhan benihnya tidak instan. Pikiran kita ibarat sekop atau cangkul. Jabatan, status, pendidikan, ekonomi, kegiatan apapun itu ibarat air dan pupuk di kehidupan kita. 


Mari kita renungkan bersama, 
benih yang seperti apa yang kita tanam?
benih yang seperti apa yang kita siram?
benih yang seperti apa yang kita pupuk?


"Bagus atau tidaknya sebuah pohon bergantung dari kualitas benih yang kita tanam. Enak atau tidaknya rasa buah bergantung dari seberapa baik air dan pupuk yang diberikan"



Hari ini kita belajar sebutir benih saja mampu menentukan siapa kita dulu, sekarang dan akan datang.

Apapun benihnya tetaplah pada tanah yang tepat dengan sekop yang baik serta air dan pupuk dengan kualitas terbaik.