Jumat, 07 Maret 2014

Setetes Air Ditengah Kekeringan (3)

Setahun kepergianmu . . .
Masih teringat jelas dipikiranku, saat pertama kali aku menginjakkan kaki di ‘rumah’mu. Tempat yang asing. Aku duduk di sebuah ruangan yang cukup besar untuk menampug ratusan undanganmu. Aku ke rumahmu dengan satu alasan, PENASARAN. Ya, aku cukup penasaran dengan thema pestamu. Apakah KLASIK itu ? Siapa beliau ? Thema yang tidak pernah aku dengar sebelumnya. Salah satu keunikkan pestamu adalah seragam berwarna kuningnya. Ahaha.. Berasa sesuatu saat mengenakan seragam itu :D

Setahun kepergianmu  . . .
Tak pernah sia-sia aku meluangkan waktuku untuk datang ke pestamu. Ini bukan sekedar pesta biasa. Banyak hal baru yang aku dapatkan sekaligus saat pertama mengenal siapa kamu. Kisah lain di hari yang sama, ketika memiliki kesempatan berkenalan dengan para anggota keluargamu. Kakak-kakak yang sangat welcome dan ramah sekali. Terasa seperti sudah lama mengenal mereka. (hihihi).

Setahun kepergiaanmu . . .
Dari KLASIK lah perjalanan ceritaku bersamamu dimulai. Ada semangat baru untuk belajar merelasasikan salah satu tulisanku. Dan tidak pernah aku duga, TaMu memberikan kesempatan yang langka di kehidupanku. Kejutan itu membuat aku terharu dan menjadi pembuktian akan semua keraguanku selama ini. (Terima kasih TaMu). Kesempatan yang kamu berikan juga perkenalan kita yang berjalan sangat natural menciptakan sebuah mimpi-mimpi baru. Seperti ada chemistry yang aku dapatkan bersamamu TaMu.

Setahun kepergianmu . . .
Mimpi-mimpi itu semakin ingin aku wujudkan bersamamu. Namun, ada rasa lain yang mengundang jutaan pertanyaan di benakku. Ada apa dengan dirimu? Apa yang kamu sembunyikan ? Aku tak tenang, hingga akhirnya kamu menghembuskan nafas terakhirmu di dunia ini. Perih.
“Hei, ini bunga tidur saja kan?”
“TaMu, mengapa kamu tak jawab aku ?”
           Diam. Hanya ada bisikan hati yang berbicara.
“Kenapa kamu harus pergi secepat ini TaMu ?”
“Kenapa kamu meninggalkan aku begitu saja ?”
“Apa kabar dengan semua mimpi-mimpi kita ?”

Setahun kepergianmu . . .
22 Maret 2013.
Hari yang ingin aku skip. Hari dimana seluruh anggota keluargamu berkumpul untuk mengantarkan ke peristirahatan terakhirmu. Kami tertawa, tapi itu bukan tawa yang sesungguhnya. Kami bercanda, tapi itu bukan canda yang sesungguhnya. Bahkan langit pun turut berduka dengan kepergianmu ke Surga. Langit kehilangan kamu, TaMu.

Setahun kepergianmu . . .
Seberapa jauh kita menghindar yang namanya kenyataan hidup harus tetap dihadapi kan ? Aku masih tidak rela bahwa wujudmu benar-benar tidak ada. Kamu perlu tahu TaMu, kamu adalah setetes air di  tengah kekeringanku. Kamu sudah membuat pencarian kesegaranku terhenti. Tuhan pilih kamu untuk mewujudkan cita-citaku (jawaban doa) selama ratusan hari aku memintanya. Setetes air itu membangkitkan semangat baru dan mulai berjalan menemukan panggilan dan tujuan hidupku.

Setahun kepergiaanmu . . .
Aku sangat percaya, kamu bukan saja menjadi setetes air. Kamu sudah menjadi matahari, bintang, pohon, bahkan pupuk untuk semua orang di dunia ini (terutama anggota keluargamu). Kamu unik di hidup kami. Kalau kata editor kece nya TaMu “biarkan jadi kisah klasik untuk anak cucu”. Pasti. Suatu hari nanti aku akan menceritakan kepada anak cucuku (bahkan mereka perlu mengerti) bahwa di dunia ini pernah ada sesosok yang mendedikasikan hidupnya untuk orang lain.

Setahun kepergiaanmu . . .
Mungkin ini motto hidup kamu “Hidup ini bukan tentang aku, tetapi tentang Tuhan, tentang mereka”
Ketiadaan wujudmu menyadarkanku, membuatku belajar, bukan berapa banyak waktu yang kita habiskan di dunia ini, namun apa yang sudah kita lakukan selama waktu ‘yang dipercayakan’ Tuhan  kepada kita ?  Ya, aku belajar, kita perlu menjadi orang yang berdampak (berguna) untuk sekeliling kita. Kita tidak boleh menjadi egois. Yang semua bercerita aku, aku, aku, aku,dan aku. Nyatanya, kita tidak bisa hidup sendiri. Kita tetap membutuhkan orang lain. Bahkan sebaris lirik lagunya Sammy Simorangkir (mungkin) adalah gambaran dirimu “....Ku rela berkorban tak mengapa namun kau harus bahagia....”

Setahun kepergiaanmu . . .
Akhirnya, TaMu sudah menyelesaikan pertandingannya di dunia ini (dengan sempurna). TaMu tak benar-benar pergi dari kehidupanku juga anggota keluargamu. Fisikmu memang tiada, tetapi ‘roh’mu tetap ada di setiap jiwa kami. Mungkin, semua mimpi-mimpiku bersamamu pupus, namun itu bukan akhir dari segalanya kan ? Satu yang aku pelajari, mungkin impian kita kandas, tetapi ketahuilah dibalik impian yang kandas Tuhan sudah menyiapkan impian baru sesuai visi impian kita. Semua hal yang TaMu lakukan di dunia ini mengandung satu pesan “Kau harus bahagia”. Aku percaya itu impian terbesar TaMu melihat kita semua bahagia (kita gak boleh sedih lagi yaa. . Kita harus mewujudkan impian terbesarnya TaMu).

Setahun kepergianmu . . .
Selamat berbahagia TaMu, Terima kasih untuk semua pengorbananmu kepada kami. Terima kasih sudah mengajari banyak hal (tentang kehidupan) yang pasti takkan kami lupakan. Terima kasih untuk canda, tawanya. Selamat berbahagia. Tenanglah disana. . .


Dari yang mencintaimu,
TaMu lovers

Tidak ada komentar:

Posting Komentar