Jumat, 12 Juli 2013

Nikmati

Suatu hari saya punya kesempatan naik perahu nelayan di suatu pantai. Senang banget pastinya, secara bakal mengelilingi pantai dan melihat sejuta keindahan yang ditawarkan oleh alam semesta ini. *Nice*. Lalu naiklah saya ke dalam perahu tersebut yang cuma muat max 6 orang. Perlahan, perahu tersebut berjalan meninggalkan tepi pantai yang dinikmati oleh banyak pengujung itu. Rasa penasaran saya seakan hanyut dalam jarak kira-kira 200 meter. Kenapa? Jantung saya berdetak lebih cepat dari biasanya. Rasanya seluruh saraf-saraf di tubuh ini saling menarik. Betapa tidak, saya mengalami ketakutan yang luar biasa. Saya takut perahu itu terbalik akibat ombak yang datang cukup besar. Dalamnya pantai bukanlah dalamnya kolam renang, yang saya pikirkan adalah "bagaimana kalau saya jatuh?" "Saya kan gak bisa renang". Bisa dibayangkan, perahu tersebut hanya perahu kecil yang diberi penompang berupa kayu untuk menyeimbangan badan perahu serta satu speetboard sebagai alat gerak pengemudinya. Diatas perahu, saya itu cerewet "ini gimana?" "kalau perahunya terbalik gimana?" pokoknya kepo banget dahh :D. Dalam hati saya "ini bapak pengemudi perahu gak pernah takut apa sama ombak yang segini gedenya?" Sepanjang perjalanan bapak tersebut hanya bilang:"Ikutin aja alur geraknya". Whatt? Selius? Miapa? *tanya kilat dalam hati lagi*. Dan akhirnya saya mencoba mengikuti saran bapak tersebut. Emang sich lebih terasa santai dan gak ngerasa saling narik lagi nih saraf-saraf, namun tetap saja dag-dig-dug di hati tuh gak ilang.



Peristiwa itu membawa saya belajar suatu hal. Belajar apa sich? Kira-kira, teman-teman dapat apa dari kejadian diatas?(Coba renungkan) sebelum saya berbagi cerita lebih lanjut.




Saya percaya ada berbagai jawaban dari kalian semua yang pastinya kece-kece (hehehe). Okee.. simak kisah yang berikut ini (cekidot)




Berapa banyak dari antara kita yang punya cita-cita, mimpi, atau harapan? Saya yakin semua manusia pasti punya. Bahkan satu manusia saja sanggup memiliki jutaan mimpi atau harapan dibenaknya. (betul apa betul? :D) Senang kan waktu kita punya mimpi apalagi kita tau kalau mimpi itu bisa kita wujudkan.  Pasti atusiame kita bertubi-tubi. Namun dalam perjalanannya, berapa sering kita jumpai hambatan, tantangan, atau rintangan? Berapa sering kita mulai tersentuh batu kerikil yang berserakan di perjalanan kita? Berapa banyak hal-hal yang mengecewakan hadir di hati kita? Apakah masih ada atusiasme yang bertubi-tubi seperti diawal? Atau justru kita mulai lelah, putus asa, dan rasanya ingin menyerah?

Semua mimpi atau harapan kita  ibarat kejadian diatas. Ketika pertama kali saya punya mimpi bisa melihat keindahan lain dari alam ini melalui pantai. Bagaimana saya gembira bahwa ada alat yaitu perahu yang bisa menghantarkan saya ke tempat yang diidam-idamkan. (Semangatnya itu loch.. ) Tapi sampai di jarak 200 meter saya mulai mengalami hambatan, tantangan berupa ombak demi ombak yang datang silih berganti mengoncangkan perahu yang saya tumpangi. Saya mulai tidak fokus dengan tujuan awal saya. Saya hanya memikirkan bagaimana dengan diri saya, perahu serta ombak tersebut.


Terkadang dalam kehidupan ini, seringkali kita kehilangan fokus akibat problematika yang ada. Keponya saya diatas perahu tadi bisa umpakan seringnya kita mengeluh waktu persoalan datang menyapa hidup kita. Kita mulai tidak terima kejadian-kejadian aneh itu, kuatir, merasa bahwa ini salah. Coba kita tengok bapak yang mengemudi perahu tadi, beliau bilang apa: "Ikutin aja alur geraknya". Bapak itu seperti Tuhan Yesus, Dia memberi wejangan, memberi kepastian bahwa semua akan baik-baik saja dan indah pada akhirnya. Sayangnya, hati dan pikiran kita tidak mudah menerima apa yang Tuhan katakan. Kenapa?  Karena hati dan pikiran kita terisi penuh oleh segala kekuatiran dan hanya berpusat pada persoalan yang ada.


Pelajaran ini membuat saya mengerti, selama kita hidup di dunia ini masalah pasti ada. Namun, pesan Tuhan yang begitu kuat adalah nikmati setiap irama ombak yang datang diatas perahu kita. Tetap fokus pada harapan-harapan yang ingin kita capai. Banyak mengucap syukur, dan yang paling penting dengar-dengaran akan Tuhan dan percaya sepenuh hati. Tuhan Yesus sudah mengerti lebih dulu ombak-ombak kehidupan yang kita hadapi. Dia juga tau seberapa kuat 'alat' yang kita gunakan untuk menghantarkan pada harapan kita. Sama seperti bapak pengemudi perahu tadi dia paham akan gulungan ombak yang saya lihat dan rasakan. Mengetahui seberapa mampu perahunya membawa saya menikati keindahan pantai, meskipun hanya dengan satu sisi penyangga dan satu speetboard.



"Hidup itu penuh perjuangan kalau mau mengalami kemenangan demi kemenangan"



Tidak ada komentar:

Posting Komentar