Jumat, 25 November 2016

Bangku Sekolah : Akhir atau Awal ?





Tiba-tiba menemukan puisi ini yang aku buat 7 tahun lalu.

Mendadak, kangen sekolah. Hahaha..

Setelah itu melow sendiri setelah baca puisi ini lagi.

Satu hal yang mau aku sampaikan, dulu aku belum mengerti dengan apa yang diberikan oleh guru-guru aku. Kadang, harus sedikit ditempa agar menjadi lebih baik. Apapun yang sudah diberikan oleh guru-guruku sejak dulu itu ibarat benih dalam hidup aku. Waktu proses 'membajak' dan 'menanam'nya memang tidak kelihatan bahkan butuh extra tenaga, extra waktu, dan extra lainnya. Setelah aku tidak duduk di bangku sekolah, aku baru mengerti dan merasakan benih-benih itu (baca : pengajaran, bimbingan, perhatian, bahkan omelan. Hihihi^) mulai tumbuh dan terus tumbuh dan menghasilkan buah.

Orang-orang yang disebut 'guru' bukan saja guru-guru kita sewaktu masih sekolah. Kalau sudah bekerja, pemimpin atau rekan kerja kita bisa menjadi guru. Kalau di lingkup kerohaniaan, pendeta, mentor, atau kakak pembina adalah guru kita. Dan ingat, guru pertama di dalam hidup kita adalah orangtua. Jangan lupa untuk berterima kasih kepada mereka yaa :)


Menutup tulisan ini ada satu quotes menarik yang aku pikir tidak hanya untuk seseorang berstatus guru saja, tapi buat kita semua.

"Lebih dari 80% orang-orang hebat di dunia ini berjumpa minimal dengan 1 orang guru dalam hidupnya. Di tangan gurulah seorang History Maker dilahirkan... Jadi sesulit apapun keadaanmu. Tetaplah mengajar dengan hati dan ketulusamu."-JosuaWahyudi


***

Guruku

Dulu,
Aku tak mengerti apa-apa
Segalanya gelap dan buta
Dulu,
Aku berjalan di ruang malam
Tanpa pernah tahu apa tujuanku
Dulu,
Aku seperti barang yang tak berguna
Dan di hempaskan begitu saja
Seperti dedaunan yang gugur di musim panas

Tapi,
Segalanya berubah
Gelap yang menyelimuti ini
Menjadi terang karena pelita
Karena hadirnya sinar mentari

Aku tak lagi barang yang di hempaskan
Aku menjadi menawan
Karena di perbaruhi oleh cinta dan kasih

Kini,
Ku bukan seperti seorang bayi
baru lahir tanpa mengerti
Ada penerang, penuntun, pembimbingku

Kaulah guru ku
Kaulah wakil Allah kedua di dunia
Kaulah pelita dalam kegelapan
Dan kaulah pahlawan

Karena mu,
Aku tahu berbagai hal
Aku dapat membaca dan menulis
Mengetahui berbagai macam ilmu di dunia

Karena diri mu,
Aku belajar meniti esok hari
Membawa bekal yang telah disiapkan, diberikan bagiku

Guruku tersayang, guruku tercinta,
Terima kasih untuk pengorbanan dan ketulusan hatimu
Tanpamu, apa jadinya ku ?
Jasamu akan tertanam dalam sanubariku
Namamu akan melekat hingga tutup usiaku

Terima kasih,
Kau ajarkan ku tentang kehidupan
Tentang dunia yang fana ini
Biarlah,
Seluruh jerih lelahmu
Tuhan yang perhitungkan

Guruku tersayang, guruku tercinta,
Terimalah permohonan maafku untukmu
Terimalah penggalan kata sederhana ini
Hanya sebuah doa,
Yang mampu ku titipkan pada Tuhan

Tetaplah menjadi pelita dan embun penyejuk




Tidak ada komentar:

Posting Komentar