Selasa, 12 Juli 2016

Konsep Pacaran Versi Alkitab


Ibaratnya palang kereta api, kalau kita langgar atau menerobos kemungkinan kecelakaannya besar.

Selamat menemukan belahan jiwa yang sesuai kisah-Nya :)



Saat mengetik kata ‘pacaran (kencan)’ dalam pencarian di Alkitab elektronik, kata itu memang tak akan pernah muncul. Saat saya masih lajang, saya berharap akan ada topik yang secara khusus membahas tentang hal ini, setidaknya satu bab. Saya pun hanya bisa tertawa setiap kali seseorang meminta saya untuk menjelaskan tentang pacaran menurut perspektif Alkitab. Setidaknya tentang konsep pacaran/kencan yang sudah dijalankan sejak zaman dulu. 


Konsep pacaran yang saat ini tampak sangat jauh berbeda dengan dua ribu tahun lalu. Proses hubungan tak lagi memandang kompatibilitas dan kepribadian sifat, garis keturunan keluarga dan status ekonomi. Meski Alkitab tidak berbicara langsung tentang pacaran, namun beberapa ayat Alkitab mengandung prinsip-prinsip yang patut diterapkan dalam sebuah hubungan. Seperti halnya dalam 1 Korintus 10 ayat 23 mengingatkan bahwa segala sesuatu benar tetapi bukan segala sesuatu berguna dan membangun. 


Berikut hal yang perlu Anda pahami tentang konsep pacaran versi Alkitab:

Terlebih dahulu menjadi orang sehat
Cara terbaik memiliki hubungan pacaran yang sehat adalah dengan menjadi orang yang sehat (jasmani dan rohani). Dalam Efesus 4: 22-24 mengingatkan kita agar kita terlebih dahulu membuang sampah dosa dan kebiasaan buruk. Saat kita sudah menjadi serupa seperti Kristus, interaksi dengan orang lain akan jauh lebih mudah sebab dilandaskan pada kasih, kemurahan dan keutuhan. Itu adalah kunci utama untuk dapat memulai hubungan yang benar dihadapan Tuhan. 


Memilih pasangan yang sehat
Memulai hubungan dengan orang lain sejalan dengan kehidupan rohani kita (baca II Korintus 6:14, I Korintus 15:33). Hal ini jelas menuntut kita untuk memilih pasangan yang sehat secara emosional dan spiritual. Jadi kenali kehidupan dan pribadinya lebih jauh. 


Pacaran menjadi kesempatan berbagi
Pacaran dimaknai sebagai jalinan persahabatan antara dua pribadi yang berlawanan jenis. Dari itu kita dituntut untuk mencerminkan kasih Tuhan, mendukung dan membantu orang lain untuk bertumbuh kea rah yang lebih baik (I Tesalonika 5:11). Pacaran tak hanya sekedar status, tetapi bagaimana kasih Anda kepada pasangan terwujud dalam bentuk dukungan secara moral. 


Menjaga batas hubungan fisik
Ikatan secara emosional dan fisik adalah bagian yang sudah sah ketika pasangan telah resmi menikah (baca Ibrani 13:4;Kidung Agung 8:4). Sedang dalam pacaran hal ini sebisa mungkin harus dihindari sebagai bentuk dari cinta kasih yang tulus, penghormatan kepada pasangan sampai menyepakati hubungan ke jenjang pernikahan.


Melibatkan Tuhan dalam hubungan
Bila orang dunia menjalani pacaran dengan secara bebas dan tanpa norma-norma yang ada, maka dalam kekristenan pacaran sebaiknya melibatkan Tuhan di dalamnya. Matius 7: 7 mengingatkan agar kita secara personal membawa setiap permohonan kita kepada Tuhan agar Ia hadir ditengah-tengah hubungan sebagai sumber hikmat, kebijaksanaan dan kearifan setiap saat (Mazmur 34:10).


Jadi, pacaran bukanlah sekedar status seperti kebanyakan terjadi. Setiap orang tentu berharap memilih orang yang tepat sebagai pasangan hidupnya. Sehingga dalam proses pacaran pun, kita diingatkan untuk menjadi cerminan Kristus.


Sumber : Jawaban.com


Watch This is :

https://next.yesheis.com/shares/1d0640ac7693491a8936427fd58c25f9



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar