Ada ribuan detik yang telah dilewati
Ada jutaan kenangan yang menoreh dan tersimpan
Ada banyak butiran bening yang mengiring perjalanan ini
Dan ada jawaban dari setiap pertanyaan
Tidak ada yang mampu mengerti ketika waktu berkata itu menyapa hidupku
Tidak ada yang mampu dipahami mengapa waktu berkata 'menculik'ku
Dia seolah melemparkan ku di pulau sunyi seorang diri
Seakan aku ini manusia paling keji dari mahluk lainnya
Tuhan Yesus sungguh baik, teramat baik bagiku
Dia Bapa yang tidak pernah tinggalkan aku
Tangan-Nya selalu memengangku, menuntunku bahkan Ia mengendongku
KasihNya memelukku, memberi jutaan kebahagiaan yang tidak pernah aku pikirkan
Dan kelulusan ini adalah deretan cerita waktu berkata yang telah 'menculik' ku.
Waktu berkata yang Tuhan pakai untuk menyatakan betapa Tuhan Yesus sangat mencintaiku.
Waktu berkata yang Tuhan izinkan untuk membuatku mengerti akan kehendak dan rencana-Nya yang indah bagiku. Waktu berkata yang telah mempertemukan dan memisahkan. Dan sungguh aku merasakan bahwa kelulusan ini sangat berbeda dari kelulusan tiga tahun yang lalu. Kelulusan seperti enam tahun yang lalu namun berbeda situasi.
Terima kasih Bapa untuk kasih dan anugrahMu yang tidak pernah ada habisnya. Terima kasih untuk setiap proses kemarin, saat ini, hingga yang akan datang. Terima kasih untuk setiap hadiah istimewanya. Aku bersyukur dan sangat bersyukur masih punya kesempatan untuk menikmati aliran darah dan nafas di tubuh ini. Terima kasih Tuhan Engkau ajarku dengan waktu berkata ini. Dan terima kasih untuk orang tuaku, keluargaku, guru-guru teman-teman, sahabat, dan seluruh pihak yang tidak dapat kusebutkan satu per satu. Terima kasih untuk pengorbanan kalian. Love you :")
"Kelulusan
ini adalah awal dari kehidupan sesungguhnya. Kalau kata Pak Guru baru
naik satu tangga dan masih banyak tangga-tangga lain untuk mencapai
puncak :)"
Jumat, 24 Mei 2013
Minggu, 19 Mei 2013
For Unity 2013
Sebuah event bertajub Celebration of unity (COI) 'Supaya Mereka Menjadi Terang' yang diselenggarakan pada Sabtu (18/5) di Gelora Bung Karno, Senayan. Gereja sebagai Duta Allah memiliki tanggung jawab akan berbagai masalah
di dunia ini, oleh karena itu diperlukan kesatuan gereja. Melalui
Celebration of Unitylah, seluruh pemimpin-pemimpin dari berbagai
dominasi gereja mengiklarkan kesatuan gereja yang dibacakan oleh Pdt Welman P Tampubolon dilanjutkan dengan penyalaan obor diiringi lagu Satu hati Satu tujuan. "Unity bukannya menghilangkan ciri khas tapi menghargai perbedaan" ucap ketua COI Pdt. Dr. Nus Reimas. Acara ini berlangsung meriah dengan puji-pujian yang dibawakan oleh para Choir serta pendukung acara seperti Sari & Sammy Simorangkir menyanyikan pujian Kaulah Harapan juga Cella Lumoindong, Jacqlien, Petra Sihombing, Choky Sitohang, menaikkan beberapa pujian dan seluruh stadion memuji, menyembah Tuhan.Tidak berhenti sampai disitu saja spesial Praise and Worship yang dibawakan oleh Israel & New Breed menambah semangat dan antusias yang mendalam. Sebagian besar yang duduk di sektor-sektor segera berlari, turun menuju lapangan. Alhasil, dalam sekejab setiap sudut lapangan di penuhi oleh orang-orang, terutama anak-anak muda yang turut memuji, menyembah Tuhan bersama penampilan spektakulernya Israel & New Breed. Band yang namanya tidak asing di telinga ini, menyanyikan beberapa lagu diantaranya Jesus at the Center, Rejoice, You're Good, Friend of God, Hosanna In The Highest dan penutup sekaligus akhir dari Celebration of Unity mereka menyanyikan lagu i'm not forgotten. Keep unity and Blessed. (Jessica)
Senin, 13 Mei 2013
Bijak Dalam Keputusan
Tidak dipungkiri lagi hidup adalah pilihan yang menggerakkan pada keputusan. Belum lama ini aku dapat satu statmen kalimat demikian: “Tidak selamamnya kesempatan itu mendatangkan berkat, namun bisa mendatangkan kutuk” kalimat itu membuat aku bertanya-tanya dan mencoba mengerti apa sich maksudnya? Bukankah kebanyakan manusia justru menginginkan kesempatan? Bahkan seolah-olah kesempatan itu seperti emas yang sayang kalau dilewatkan? Tiba-tiba aku di ingatkan pada kejadian 5 tahun yang lalu.
Kala itu aku duduk dibangku Sekolah Menegah Pertama (SMP). Suatu hari ada sebuah peristiwa yang begitu menyakitkan sekali. Aku dipulangkan dari sekolah karena belum membayar SPP satu bulan. Tidak tanggung-tanggung, kepala yayasan sendiri yang menyuruhku pulang. Sontak, aku kaget dan tidak habis pikir. Aku mengerti keadaan keluargaku tidaklah bergemilangan harta, hanya sederhana. Keterlambatan membayar SPP pun karena uangnya belum ada. Itu sakit banget dan membuat aku mengalami traumatik berkepanjangan. Beberapa hari aku tidak mau sekolah sampai wali kelas datang membujukku. Bahkan yang parahnya aku mengajukan ‘pemberhentian sekolah’ kepada orangtuaku namun ditolak.
Lalu aku merenungkan kembali peristiwa itu dan statement kalimat diatas benar. Dulu, aku punya kesempatan untuk pindah sekolah dan mengambil kesempatan itu. Namun, ditengah perjalanan justru mendatangkan ‘kutuk’ untukku. Kutuk bukan saja berbicara fisik, “saya kutuk jadi batu”, seperti cerita Malin Kundang. Kutuk juga berbicara tentang kejiwaan. Hilangnya damai sejahterah, sukacita, dan traumatik seperti yang aku alami. Satu hal lagi yang Tuhan yakinkanku kalau kesempatan bisa mendatangkan kutuk. Pornografi, free sex, pacaran tidak benar, mengejar kekayaan sampai mau jadi simpanan orang, merampok, membunuh, narkoba, dll. Hal-hal tersebut karena ada kesempatan.
Andalkan Tuhan
Peristiwa yang aku alami 5 tahun silam terjadi karena tidak tanya Tuhan dulu. Betapa sesungguhnya mengandalkan Tuhan bukan saja saat mengalami masa-masa sulit, mengalami berbagai-bagai percobaan, tetapi dikeseharian hidup inilah. Kekuatan, kemampuan kita terbatas, itu sebabnya mengapa mengadalkan Tuhan dikeseharian hidup kita sangat penting bahkan wajib. Seperti Firman Tuhan katakan: “Terkutuklah orang yang mengadalkan manusia, yang mengadalkan kekuatannya sendiri, dan hatinya menjauh dari pada Tuhan” (Yeremia 17:5). Ketika kita diperhadapkan pada pilihan, jangan terfokus pada kesenangan sesaat. Ambil contoh mau masuk sekolah lalu dikasih beberapa pilihan sekolah. Jangan melihat karena sekolahnya bagus, akreditasinya A+, fasilitas terjamin, dan lain sebagainya. Tetapi perlu bertanya pada Tuhan, menyertakan Tuhan, apakah sekolah yang kita pilih adalah yang terbaik? Atau contoh lain, kita sudah bekerja lalu dapat tawaran kerja dengan gaji dan tunjangan-tunjangan yang lebih besar dari sebelumnya. Nah, kita perlu berdoa apakah Tuhan berkenan?
Kesempatan memang selalu ada, dan kembali lagi kepada diri kita apakah kesempatan itu baik untuk kita, keluarga kita, orang-orang disekeliling kita? Setiap satu langkah kita menentukan pilihan dan keputusan dimasa yang akan datang. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Semuanya menjadi indah saat kita menyertakan Tuhan dalam hidup kita.
“Diberkatilah orang yang mengadalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan” (Yeremia17:7)
Kala itu aku duduk dibangku Sekolah Menegah Pertama (SMP). Suatu hari ada sebuah peristiwa yang begitu menyakitkan sekali. Aku dipulangkan dari sekolah karena belum membayar SPP satu bulan. Tidak tanggung-tanggung, kepala yayasan sendiri yang menyuruhku pulang. Sontak, aku kaget dan tidak habis pikir. Aku mengerti keadaan keluargaku tidaklah bergemilangan harta, hanya sederhana. Keterlambatan membayar SPP pun karena uangnya belum ada. Itu sakit banget dan membuat aku mengalami traumatik berkepanjangan. Beberapa hari aku tidak mau sekolah sampai wali kelas datang membujukku. Bahkan yang parahnya aku mengajukan ‘pemberhentian sekolah’ kepada orangtuaku namun ditolak.
Lalu aku merenungkan kembali peristiwa itu dan statement kalimat diatas benar. Dulu, aku punya kesempatan untuk pindah sekolah dan mengambil kesempatan itu. Namun, ditengah perjalanan justru mendatangkan ‘kutuk’ untukku. Kutuk bukan saja berbicara fisik, “saya kutuk jadi batu”, seperti cerita Malin Kundang. Kutuk juga berbicara tentang kejiwaan. Hilangnya damai sejahterah, sukacita, dan traumatik seperti yang aku alami. Satu hal lagi yang Tuhan yakinkanku kalau kesempatan bisa mendatangkan kutuk. Pornografi, free sex, pacaran tidak benar, mengejar kekayaan sampai mau jadi simpanan orang, merampok, membunuh, narkoba, dll. Hal-hal tersebut karena ada kesempatan.
Andalkan Tuhan
Peristiwa yang aku alami 5 tahun silam terjadi karena tidak tanya Tuhan dulu. Betapa sesungguhnya mengandalkan Tuhan bukan saja saat mengalami masa-masa sulit, mengalami berbagai-bagai percobaan, tetapi dikeseharian hidup inilah. Kekuatan, kemampuan kita terbatas, itu sebabnya mengapa mengadalkan Tuhan dikeseharian hidup kita sangat penting bahkan wajib. Seperti Firman Tuhan katakan: “Terkutuklah orang yang mengadalkan manusia, yang mengadalkan kekuatannya sendiri, dan hatinya menjauh dari pada Tuhan” (Yeremia 17:5). Ketika kita diperhadapkan pada pilihan, jangan terfokus pada kesenangan sesaat. Ambil contoh mau masuk sekolah lalu dikasih beberapa pilihan sekolah. Jangan melihat karena sekolahnya bagus, akreditasinya A+, fasilitas terjamin, dan lain sebagainya. Tetapi perlu bertanya pada Tuhan, menyertakan Tuhan, apakah sekolah yang kita pilih adalah yang terbaik? Atau contoh lain, kita sudah bekerja lalu dapat tawaran kerja dengan gaji dan tunjangan-tunjangan yang lebih besar dari sebelumnya. Nah, kita perlu berdoa apakah Tuhan berkenan?
Kesempatan memang selalu ada, dan kembali lagi kepada diri kita apakah kesempatan itu baik untuk kita, keluarga kita, orang-orang disekeliling kita? Setiap satu langkah kita menentukan pilihan dan keputusan dimasa yang akan datang. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Semuanya menjadi indah saat kita menyertakan Tuhan dalam hidup kita.
“Diberkatilah orang yang mengadalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan” (Yeremia17:7)
Rabu, 08 Mei 2013
Setetes Air Ditengah Kekeringan(1)
Sekilas
tentang TaMu
Perkenalanku
bermula dari sebuah event bertajuk ‘KLASIK’
Kelas Jurnalistik dan Fotografi yang diselenggarakan 22 Sepetember 2012
silam. Ini adalah wadah dimana kita bisa belajar dan menyalurkan ide dan
talenta kita lewat deretan kata. Dari ‘KLASIK’ lah, tanpa diduga cerpen
perdanaku rampung di media.Waoh! itu sungguh anugrah yang tidak pernah aku
mimpikan sebelumnnya.
Tanah
yang subur
Hari demi hari aku lewati dengan sisa-sisa kekuatan
yang ada. Terus bertahan dan mencari. Hingga disatu titik aku benar-benar tidak
berdaya dan saat itu aku hanya menginginkan tanah yang subur. Tanah yang memang
Tuhan kehendaki. Tanah yang memang aku rindukan sejak adanya ‘waktu berkata’.
Dan Tuhan jawab kerinduanku, walau butuh waktu yang lama, tetapi tepat dan
indah pada waktun-Nya.
Mimpi
Suatu malam, waktu yang paling tepat buat
mengistirahatkan diri dari segudang aktivitas yang kita lakukan seharian.
Saatnya bobo... J dalam bobo kala itu ada penghias malam
bernama mimpi dengan nama lain bunga tidur. Entah awalnya mimpi apa, namun ada
satu kalimat yang terdegar jelas sampai diulang. “Aku dapat dari Amsal 16”,
“Aku dapat dari Amsal 16:1-16”, “Aku dapat dari Amsal 16”. Pokoknya aku dengar
jelas banget kata Amsal 16 dan akhirnya aku terbangun. Sungguh mimpi itu mengejutkan sekali dan hati ini
tergugah untuk membaca ada apa dengan Amsal 16. Ketika membaca, aku sempat
terhenti di ayat 4 nya karena masih kurang mengerti akhirnya aku lanjutkan
membaca.
Bersambung...
Setetes Air Ditengah Kekeringan(2)
TaMu,
Panggilan dan Tujuan Hidup
Entah mengapa mimpi tentang Amsal 16 itu hari makin
hari membuatku penasaran dan ingin sekali mengetahui apa maksudnya. Selang
seminggu, Tuhan membukakan lewat ibadah Youth beberapa waktu lalu. Dan kakak
yang membawakan sharringnya mengambil ayat dari Amsal 16:4. Wah, ajaib banget
kan tepat Amsal 16! Disitu aku dapat sesuatu yang membuat aku terus merenungkan
sampai sekarang dan mulai mengerti apa maksud Tuhan dari semua ini. Mau tau
apakah itu ?? Teruskan membacanya :D
Dalam perenungan itu Tuhan mengingatkan aku tentang
TaMu. Kalau diawal sempat mengulas
sedikit tentang TaMu. Dibagian ini aku coba menjelaskan siapa dan impact
TaMu. TaMu
sebuah media berbasis tabloid yang kurang lebih sudah berdiri tiga tahun yang
berdominasi dengan anak-anak muda. TaMu sudah berhasil membangkitkan anak-anak
muda yang (ternyata) memiki kompeten
dibidang jurnalistik. Terkadang, hidup perlu gelombang dan ombak itu mengampiri TaMu berakhir pada perhentian
nafas. Tidak ada yang rela, (apalagi) aku yang baru enam bulan (red.Maret) menjadi bagian dari TaMu. Tidak bisa
menggambarkan seperti apa duka itu. Seberapa lama waktu yang tlah ku lewati
bersamamu TaMu, tetap semuanya jadi yang indah di hidupku. Aku tidak
mengerti mengapa keberadaan TaMu harus usai secepat ini. Kala itu, ada mimpi
yang tiba-tiba muncul dan ingin wujudkan bersama TaMu. Manusia memang boleh berencana
tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.
Bagaiku, TaMu adalah setetes air ditengah
kekeringan. Mengapa aku berkata demikian? Iya, hanya karena setetes airnya, itu
mengubah ‘image’ proses yang aku jalanin dan aku pahami bahwa semuanya memang
rencana Tuhan dalam hidupku. Setetes air yang diberikan juga menggerakkan
tangan Tuhan untuk menunjukkan tanah subur yang aku sangat rindukan. Tidak
hanya menunjukkan tanah subur itu namun Tuhan sendiri ada didalamnya dan sampai
pada titik perenungan ini.
Aku cuma ingin bilang sama TaMu, kalau kamu bisa
menjadi setetes air buatku pasti kamu sudah menjadi matahari, bintang, daun,
bunga, apapun untuk jutaan orang-orang diluar sana. Aku tau fisikmu memang
tiada tapi Roh mu ada disetiap jiwa-jiwa yang kamu hampiri. Keberadaan kamu
tidak ada yang sia-sia.
Aku
belajar bahwa sesungguhnya perjalanan hidup ini adalah panggilan, termasuk
kematian.
Keberadaan kita saat ini, di keluarga, di sekolah,
di kampus, di kantor, dimana pun bukan sekedar pilihan semata, tetapi memang
ada maksud. Tuhan tidak sedang iseng sewaktu menciptakan kita, sesungguhnya Dia
telah tetapkan satu tujuan dalam hidup kita. Masing-masing dari kita
Tuhan sudah taruh satu
tujuan mulia,
bahkan
orang cacat secara fisik pun Tuhan taruh tujuan mulia itu.
Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan
untuk mencapai setiap panggilan dan tujuan hidup itu. Dibutuhkan proses demi
proses yang harus kita lewati. Tidak jarang proses itu seperti emas yang
dibakar supaya semakin murni dan punya nilai yang tinggi. Ketika kita yakin dan
percaya akan panggilan dan tujuan hidup kita pasti kita bisa melewati semua itu
dan meraih hadiah istimewa yang Tuhan telah siapkan untuk kita.
Finally, setetes air ditengah kekeringan itu menjadi
sejarah dalam hidup yang bergema didalam keabadaian. Setetes air yang Tuhan
pakai untuk menyatakan betapa dasyat dan ajaib-Nya Tuhan Yesus atas hidupku.
Untuk bilang kalau Tuhan punya ‘blue print’ hidupku dan Dia tidak pernah tinggalkan aku sedetik pun. Tangan-Nya
selalu menopang dan pelukan-Nya selalu memberi ketenangan, sukacita dan damai
sejahterah. Aku sangat bersyukur Tuhan izinkan banyak proses terjadi. Aku tau
bahwa proses itu untuk terus ‘mengasah’ kehidupan agar semakin tajam dan tepat
pada sasarannya. Dan lewat proses juga aku belajar kalau kebanyakan manusia memilih hasil,
sementara Tuhan lebih menghargai proses. Dari proses itu sebenarnya Tuhan melihat
dan menyelidiki hati kita.
“Dan mereka yang
ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang
dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya,
mereka itu juga dimuliakan-Nya. (Roma 8:30)”
Langganan:
Postingan (Atom)