Rabu, 21 Mei 2014

Menempuh Hidup Baru

Tulisan ini dipersembahkan khusus untuk seluruh pembaca yang baru saja meraih kemenangan Ujian Nasional.

"Selamat menempuh hidup baru untuk teman-teman SMA/SMK and my beloved brother"


"Loch kok, menempuh hidup baru ? Memangnya menikah ?

Ya,. seringkali kalimat 'menempuh hidup baru' tertuju untuk seseorang yang baru menikah. Tapi tahukah Anda bahwa 'menempuh hidup baru' juga berlaku untuk anak-anak muda yang resmi menyadang status 'alumni'  anak sekolahan?

Anak muda sangat bahagia ketika mendapatkan gelar 'alumni' anak sekolahan. Seolah-olah mereka baru saja keluar dari tembok-tembok yang mencekam. Kalian taulah yaa.. menyandang status anak sekolahan dianggap banyak orang 'anak kecil' yang apa-apa perlu pengawasan ketat. (hei anak muda, jujur). Nah, ketika mendapatkan gelar 'alumni' anak sekolahan mereka merasa bukan lagi anak kecil dan memiliki wewenang lebih untuk menentukan pilihanya.

Mengapa dikatakan 'menempuh hidup baru' ?
Sebab, ada satu fase kehidupan yang berbeda dan menuntut sebuah pendewasaan yang matang. (itu jawaban versi Jessica belum menikah). Sebagai seseorang yang belum menikah, saya memang tak banyak pemahaman mengenai bahterah rumah tangga. Tapi uniknya, kalimat 'menempuh hidup baru' bisa di maknai dalam versi sederhana 'ala' anak muda.

Kalau di ibaratkan, kelulusan dari bangku sekolah adalah pesta wedding. Semua orang (yang kenal kita) bahkan alam pun turut andil dalam perayaan kebahagiaan. Bersukacita cita pastinya. Pesta wedding (baca: perayaan kelulusan) bukan saja tentang kebahagiaan sesaat tetapi tentang bagaimana kita melanjutkan kehidupan. Jauh-jauh hari sebelum Ujian Nasional dilaksanakan kita sudah memikirkan mau kuliah atau bekerja ? Kalau kuliah (mau dimana dan jurusan apa), kalau kerja (mau dimana dan bentuk perkerjaannya seperti apa).


Satu kalimat dari salah satu guruku setahun lalu:
"baru naik satu tangga dan masih banyak tangga-tangga lain untuk mencapai puncak"

Secara kasat mata, kalimat diatas sederhana banget (mungkin) mudah untuk dilakukan. Namun dibalik itu, ada jutaan makna terdalam yang kini aku belajar mengertinya. Ibaratnya lagi, membangun bahterah rumah tangga tidaklah mudah. (masa?) Ya, coba aja tanya sama mommy and daddy kita bahkan kita bisa melihat bagaimana mereka memperjuangkan keluarga kecilnya agar tidak goyah. Dari memikirkan bagaimana mencukupkan kebutuhan pokok, mendidik dan mengurus anak (apalagi kalau anaknya nakal), bayar listrik, uang sekolah, bayar cicilan (kalau ada cicilan panci), belum lagi mikirin pekerjaan di kantor dan banyak hal lainnya. And you know, semua itu ada setelah pesta wedding. Seperti itu jugalah saat kita sudah lulus dari bangku sekolah. Mulai memikirkan bagaimana mengatasi tangtangan demi tangtangan saat kuliah dan/atau kerja. Kita akan menemukan hal-hal baru (persoalan), memperjuangkan agar rumah tangga (baca: kuliah dan/atau kerja) tetap utuh. Sederhananya, setelah pesta wedding kita akan menemukan berbagai hal yang tidak pernah kita pikirkan sebelumya.


Aku tidak tahu apa yang sedang kalian hadapi hari-hari ini. Apa mimpi dan cita-cita kalian. Satu hal, kalian (termasuk aku) sudah memasuki kehidupan baru, satu fase yang menuntut pendewasaan (gak mau di bilang anak kecil lagi kan?). So, apapun pilihan kalian (kuliah atau kerja), pastikan Tuhan berkenan. Biar saat kita kuliah atau kerja tidak sekedarnya, tapi belajar menemukan panggilan dan tujuan Tuhan dalam hidup kita. Ibaratnya lagi (yang ketiga), ketika kita tidak siap dengan berbagai tangtangan dalam rumah tangga maka akan mudah untuk memutuskan talak alias cerai (amit-amit dah).



Akhir kata, Jessica mengucapkan sekali lagi selamat menempuh hidup baru untuk teman-teman SMA/SMK and my beloved brother. Selamat berpertualang dengan cerita-cerita menakjubkan yang Tuhan tuliskan dalam hidup kalian. Selamat tidak disebut anak kecil lagi :D

God Bless You..


(Jessica)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar