Tetibaan Indonesia sedang heboh dengan penutupan paksa rumah makan di Tangerang, Banten. Oknum-oknum berbaju coklat itu berdalih tidak boleh membuka rumah makan di siang hari karena sedang menjalankan ibadah puasa. Sedih mendengar dan membaca kisah itu. Mau marah sih sebenarnya, tapi ingat lagi, kalau marah pun percuma.
Aku percaya, tidak ada sesuatu terjadi tanpa maksud-Nya, tanpa pelajaran yang bisa kita petik.
Dan inilah pelajaran yang aku dapat.
KITA KEHILANGAN MAKNA.
Setiap hari kita punya aktifitas. Baik itu sekolah, bekerja, bahkan pelayanan. Kita juga sering dapat wejangan yang pasti gak asing.
Yang terjadi dalam hidup kita adalah : karena terlalu sering melakukan sesuatu atau dengar sesuatu, hal itu jadi biasa aja. Tidak ada lagi ensensi yang 'Wah' seperti pertama kali kita lakukan.
Kisah yang heboh sampai seorang komika berinisiatif menggalang dana tersebut, membuat aku bertanya :
"Apakah arti menjalankan ibadah puasa ? "
"Apakah sekedar menahan haus dan lapar ?"
"Apakah hanya sebuah kewajiban biar gak masuk neraka ?"
***
Sebuah kutipan berkata :
"Sang pemberi hadiah adalah satu-satunya alasan kita menghormati sebuah hadiah. Jikalau kita tidak menghormati hadiahnya, maka saya tidak menghormati Sang Pemberi."
Secara sederhana, makna apa yang kita pikirkan, dapatkan, itulah yang mempengaruhi cara kita melakukannya.
Guys,
Mari kita croscheck diri kita lagi.
Apakah yang kita jalani, lakukan masih sama seperti pertama kali kita temukan?
Atau justru kita mulai kehilangan gairah atau semangat ?
Mulai merasakan sebagai sebuah rutinitas ?
Kalau itu terjadi. . .
Sesegera mungkin cari tau apa penyebabnya dan obati.
Gimana cara obatinnya ?
Buka hati, datang sama Tuhan Yesus, berdoa, ceritakan apa yang kita rasakan, dan biarkan kasih-Nya memulihkan kita.
Cari mentor atau pembimbing rohani agar mereka bisa turut menolong kita.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar