Tulisan ini di sponsori oleh kegalauan dan stress akut.
“Karena BERKARYA tak semudah BERKAYA”
Perusahaan dimana saya bekerja bergerak di bidang IT
provider dan menjalanin kerjasama dengan beberapa perusahaan. Setiap perusahaan
ada PIC yang bertanggungjawab atas berjalannya sistem. Ada satu perusahaan yang
lagi eksis banget di pikiran saya, sebut saja si “Merah”. Jembatan
komunikasi antara perusahaan saya dengan
si ‘Merah menggunakan email. Jadi kalau ada masalah soal sistem kita diskusikan
melalui email. Sebenarnya sudah sering terjadi “perang” saat kita berdiskusi.
Namun, beberapa bulan ini “perang” semakin sengit dan mulai ada
kejanggalan-kejanggalan yang patut dipertanyakan.
Sampai puncaknya tanggal 21 Oktober 2015 . . .
Sampai puncaknya tanggal 21 Oktober 2015 . . .
Pada tanggal 20 Oktober 2015 si PIC “Merah”
mengirimkan email tanpa cc pemimpin saya. Memang pada hari itu kami sedang
memproses email tersebut dan belum memberikan jawaban. Tanggal 21 Oktober 2015,
si PIC “Merah” mengirimkan email kembali dengan cc pemimpin saya. Karena
pemimpin saya rajin baca, langsunglah menegur saya, menanyakan ada masalah
apalagi. Dari situ kekesalan saya sama si PIC “Merah” naik. Saya bertanya-tanya
sendiri, “Apa maksudnya dengan cc pemimpin saya karena email belum di balas
kurang dari 1x24 jam ?”. Pemimpin saya cuma bilang (hal yang sama) untuk
membalas email tanpa mau mendengar sedikit lebih lama penjelasan yang
disampaikan oleh kami. Rasa kesal saya memuncak setelah saya mengungkapkan
kepada pemimpin saya bahwa si PIC “Merah” tidak membalas email dari saya.
Pemimpin saya dengan gampang jawab “kamu email lagi aja terus”. Hancur hati
mendapatkan jawaban demikian dan jiwa akuntansi saya seketika muncul.
Saya bertanya-tanya, berpikir, dan merenungkan.
“Bukankah antara perusahaan ini dengan si “merah”
adalah patner ?”
“Lantas, mengapa terjadi seperti ini ?”
***
Manusia adalah mahluk sosial dan setiap aspek
kehidupan kita perlu yang namanya patner. Nah, apa sih arti patner ?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia :
1. Orang (badan usaha dan sebagainya) dari dua pihak yang berbeda yang bekerja sama karena saling membutuhkan atau melengkapi (dalam suatu kegiatan, usaha dagang, dan sebagainya.
2. Pasangan main (dalam olahraga, menari, dan sebagainya).
1. Orang (badan usaha dan sebagainya) dari dua pihak yang berbeda yang bekerja sama karena saling membutuhkan atau melengkapi (dalam suatu kegiatan, usaha dagang, dan sebagainya.
2. Pasangan main (dalam olahraga, menari, dan sebagainya).
Sederhananya, patner memiliki kedudukan dan visi
misi yang sama dalam sebuah “perjalananan”.
kenyataannya, arti patner tidak lagi seperti
kodratnya. Seolah berevolusi menjadi ‘bom atom’ yang kapan saja bisa meledak.
Sebutan patner hanyalah topeng belaka.
Patner . . .
Bukan siapa yang cantik, siapa yang ganteng
Bukan siapa yang kaya, siapa yang miskin
Bukan siapa pemberi uang, siapa penerima uang
Bukan siapa tuan, siapa budak
Patner . . .
Seperti jari-jari di tangan dan kaki kita
Berbeda tetapi harmonis
Jika salah satu sakit
Maka fungsi tangan dan kaki tak maksimal
Patner itu seperti sepatu . . .
Bentuknya tidak sama persis, namun serasi
Tak pernah ganti posisi, namun saling melengkapi
Sederat, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih
rendah
Bila satu hilang, yang lain tidak memiliki arti
Patner . . .
Selalu mengerti apa itu hak dan kewajiban
Dia bukan simbiosis parasitisme tetapi mutualisme
Sudahkah kita menjadi patner yang sesungguhnya ?
Apakah yang kita sebut patner benar-benar patner
sejati ?
Tak ingin kalian ikutan galau dan stress, saya sudahi
disini.
Biarlah dari apa yang saya alami, kalian bisa memetik pelajaran berharganya :)
Biarlah dari apa yang saya alami, kalian bisa memetik pelajaran berharganya :)
“Yang penting hati (yang murni dan tulus) Anda,
bukan hanya kepintaran atau uang”-Ahok