Setahun
kepergianmu . . .
Masih
teringat jelas dipikiranku, saat pertama kali aku menginjakkan kaki di
‘rumah’mu. Tempat yang asing. Aku duduk di sebuah ruangan yang cukup besar
untuk menampug ratusan undanganmu. Aku ke rumahmu dengan satu alasan, PENASARAN.
Ya, aku cukup penasaran dengan thema pestamu. Apakah KLASIK itu ? Siapa beliau
? Thema yang tidak pernah aku dengar sebelumnya. Salah satu keunikkan pestamu
adalah seragam berwarna kuningnya. Ahaha.. Berasa sesuatu saat mengenakan
seragam itu :D
Setahun
kepergianmu . . .
Tak
pernah sia-sia aku meluangkan waktuku untuk datang ke pestamu. Ini bukan
sekedar pesta biasa. Banyak hal baru yang aku dapatkan sekaligus saat
pertama mengenal siapa kamu. Kisah lain di hari yang sama, ketika memiliki kesempatan
berkenalan dengan para anggota keluargamu. Kakak-kakak yang sangat welcome dan
ramah sekali. Terasa seperti sudah lama mengenal mereka. (hihihi).
Setahun
kepergiaanmu . . .
Dari
KLASIK lah perjalanan ceritaku bersamamu dimulai. Ada semangat baru untuk
belajar merelasasikan salah satu tulisanku. Dan tidak pernah aku duga, TaMu
memberikan kesempatan yang langka di kehidupanku. Kejutan itu membuat aku
terharu dan menjadi pembuktian akan semua keraguanku selama ini. (Terima kasih
TaMu). Kesempatan yang kamu berikan juga perkenalan kita yang berjalan sangat
natural menciptakan sebuah mimpi-mimpi baru. Seperti ada chemistry yang aku
dapatkan bersamamu TaMu.
Setahun
kepergianmu . . .
Mimpi-mimpi
itu semakin ingin aku wujudkan bersamamu. Namun, ada rasa lain yang mengundang
jutaan pertanyaan di benakku. Ada apa dengan dirimu? Apa yang kamu sembunyikan
? Aku tak tenang, hingga akhirnya kamu menghembuskan nafas terakhirmu di dunia
ini. Perih.
“Hei,
ini bunga tidur saja kan?”
“TaMu,
mengapa kamu tak jawab aku ?”
Diam. Hanya ada bisikan
hati yang berbicara.
“Kenapa
kamu harus pergi secepat ini TaMu ?”
“Kenapa
kamu meninggalkan aku begitu saja ?”
“Apa
kabar dengan semua mimpi-mimpi kita ?”
Setahun
kepergianmu . . .
22
Maret 2013.
Hari
yang ingin aku skip. Hari dimana seluruh anggota keluargamu berkumpul untuk
mengantarkan ke peristirahatan terakhirmu. Kami tertawa, tapi itu bukan tawa
yang sesungguhnya. Kami bercanda, tapi itu bukan canda yang sesungguhnya.
Bahkan langit pun turut berduka dengan kepergianmu ke Surga. Langit kehilangan
kamu, TaMu.
Setahun
kepergianmu . . .
Seberapa
jauh kita menghindar yang namanya kenyataan hidup harus tetap dihadapi kan ?
Aku masih tidak rela bahwa wujudmu benar-benar tidak ada. Kamu perlu tahu TaMu,
kamu adalah setetes air di tengah
kekeringanku. Kamu sudah membuat pencarian kesegaranku terhenti. Tuhan
pilih kamu untuk mewujudkan cita-citaku (jawaban doa) selama ratusan hari aku
memintanya. Setetes air itu membangkitkan semangat baru dan mulai berjalan
menemukan panggilan dan tujuan hidupku.
Setahun
kepergiaanmu . . .
Aku
sangat percaya, kamu bukan saja menjadi setetes air. Kamu sudah menjadi
matahari, bintang, pohon, bahkan pupuk untuk semua orang di dunia ini (terutama
anggota keluargamu). Kamu unik di hidup kami. Kalau kata editor kece nya TaMu
“biarkan jadi kisah klasik untuk anak cucu”. Pasti. Suatu hari nanti aku akan
menceritakan kepada anak cucuku (bahkan mereka perlu mengerti) bahwa di dunia
ini pernah ada sesosok yang mendedikasikan hidupnya untuk orang lain.
Setahun
kepergiaanmu . . .
Mungkin
ini motto hidup kamu “Hidup ini bukan tentang aku, tetapi tentang Tuhan, tentang
mereka”
Ketiadaan
wujudmu menyadarkanku, membuatku belajar, bukan berapa banyak waktu yang kita
habiskan di dunia ini, namun apa yang sudah kita lakukan selama waktu ‘yang
dipercayakan’ Tuhan kepada kita ? Ya, aku belajar, kita perlu menjadi orang yang
berdampak (berguna) untuk sekeliling kita. Kita tidak boleh menjadi egois. Yang
semua bercerita aku, aku, aku, aku,dan aku. Nyatanya, kita tidak bisa hidup
sendiri. Kita tetap membutuhkan orang lain. Bahkan sebaris lirik lagunya Sammy
Simorangkir (mungkin) adalah gambaran dirimu “....Ku rela berkorban tak mengapa namun
kau harus bahagia....”
Setahun
kepergiaanmu . . .
Akhirnya,
TaMu sudah menyelesaikan pertandingannya di dunia ini (dengan sempurna). TaMu tak
benar-benar pergi dari kehidupanku juga anggota keluargamu. Fisikmu memang
tiada, tetapi ‘roh’mu tetap ada di setiap jiwa kami. Mungkin, semua
mimpi-mimpiku bersamamu pupus, namun itu bukan akhir dari segalanya kan ? Satu
yang aku pelajari, mungkin impian kita kandas, tetapi ketahuilah dibalik impian
yang kandas Tuhan sudah menyiapkan impian baru sesuai visi impian kita. Semua
hal yang TaMu lakukan di dunia ini mengandung satu pesan “Kau harus bahagia”.
Aku percaya itu impian terbesar TaMu melihat kita semua bahagia (kita gak boleh
sedih lagi yaa. . Kita harus mewujudkan impian terbesarnya TaMu).
Setahun kepergianmu . . .
Selamat
berbahagia TaMu, Terima kasih untuk semua pengorbananmu kepada kami. Terima
kasih sudah mengajari banyak hal (tentang kehidupan) yang pasti takkan kami
lupakan. Terima kasih untuk canda, tawanya. Selamat berbahagia. Tenanglah
disana. . .
Dari yang mencintaimu,
TaMu lovers
TaMu lovers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar