Suatu hari ...
Pertanyaan : "Mau gak jadi mentor YPCC 7 ?"
Jawaban : "Yes!"
Ketika aku bilang Yes, artinya ada tanggung jawab baru yang harus aku 'emban' sekaligus sukacita luar biasa. Singkatnya, sebelum ada YPCC 7, para mentor kudu ikut kelas mentoring dulu selama kurang lebih 3 bulan. Di kelas tersebut, aku belajar tentang pemuridan dan bagaimana menjadi mentor. Walaupun di tengah-tengah kelas kita harus dihadapkan pada satu kenyataan mengejutkan, namun kita menyelesaikan dengan baik kelas tersebut.
Dan pertandingan yang sesungguhnya dimulai :
Para mentor dibagi per wilayah dan mulai dikasih nama-nama peserta YPCC 7 untuk di follow up. Aku dan pasanganku, David, sepakat untuk membina 2 wilayah sekaligus. Dari situ tantangan dimulai, bagaimana memfollow up mereka yang gak kenal sama sekali. Ajak mereka kenal dengan kelas dan chapter-chapternya. Dalam perjalanan, aku sampai dititik ngerasa hopeless, ngerasa (mungkin) gagal menjadi seorang mentor. Karena situasi saat itu, puluhan menti yang di follow up ada yang gak respon, ada yang mengundurkan diri, ada yang susah banget dihubungi, dll. Sharing dengan pasanganku juga dan cari cara gimana mereka tetap bisa ke follow up sampai akhir. Sempet sedih, merasa "kok gini sih mereka ?", "Kurangnya tuh dimana ?", dan banyak pertanyaan lainnya.
Tuhan itu baik banget. Waktu ngerasa hopeless, Tuhan cuma ingetin aku satu : PANGGILAN.
Tidak semua orang punya panggilan yang sama dalam hidupnya. Tuhan sudah create mereka, create kita sesuai rencana-Nya. Kalaupun mereka gak lulus (karna sistemnya lulus dan tidak lulus), mereka mengundurkan diri, tidak ada yang perlu disalahin atau merasa gagal. Intinya Tuhan tidak pernah gagal. Sejak saat itu, aku tidak lagi memaksakan kehendakku ke para menti. Aku belajar menjalani tanggungjawabku sampai selesai. Arahin mereka, jadi pendengar yang baik, ingetin mereka kalau lupa dan share hidup aku sama Tuhan ke mereka. Sampai akhirnya graduation, dari wilayah yang aku dan pasanganku bina hadir 2 orang yang tetap setia mengikuti sampai akhir.
Tuhan juga ingetin aku, bukan soal jumlahnya tapi soal hati. Ya, Tuhan lihat hati mereka dan para mentor. Kualitas yang Tuhan cari bukan kuantitas. Melihat sampai detik ini, kedua menti dari wilayahku, mengalami satu kemajuan dalam hidupnya. Mereka lebih semangat kenal Tuhan dan bertumbuh di dalam gereja lokalnya. Mereka yang dulu bingung mau ngapain, sekarang pelan namun pasti mereka menuju 'cahaya' itu. Panggilan hidup mereka.
Kebahagiaan seorang mentor versiku, bukan seberapa banyak menti yang kita bina namun seberapa menti bertumbuh makin dalam sama Tuhan. Mereka menjadi percaya diri. Mereka gak takut untuk maju. Mereka gak takut sama tantangan dan proses.
Kelas YPCC 7 memang sudah berakhir. Gak berasa banget melalui itu kurang lebih 3 bulan kalau ditotal setengah tahun sudah. Hahahaha..
Terima kasih untuk para pembina di Yesheis Indonesia yang sudah kasih kepercayaan sama para mentor.
Terima kasih untuk para menti, terkhusus untuk 2 mentiku, Angel dan Rahel, yang sudah setia ikutin kelas sampai akhir dan mau submit sama cici yang tak sempurna ini. Kagum banget dengan kemajuan kalian berdua. Tetap semangat yaa kejar dan hidupi terus panggilan hidup kalian.
Terima kasih untuk para mentor, my team yang luar biasa. Sudah kasih yang terbaik ke para menti, dan kita pun saling mendukung, saling mendoakan juga. Tetap semangat mementor dimanapun kita berada. (Ditunggu ke Bogornya guys :D)
Akhirnya,
Menjadi mentor memang tidak mudah. Ada harga yang harus kita bayar. Namun, bukan berarti tidak bisa menjadi mentor. Karena sejatinya, kita terpanggil menjadi murid yang memuridkan. Menjadi mentor yang dimentoring.
Thank you YPCC 7.
Jesus Bless You.