"Kemenangan dan kekalahan hanya sebuah sarana untuk mewujudkan panggilan dan tujuan-Nya"
22 Juli 2014.
Semua mata tertuju pada media (baik electronik maupun cetak). Yap, apalagi kalau bukan menanti siapa Presiden terpilih periode 2014-2019. Semua berita bahkan infoteiment turut andil dalam pemberitaan ini. Semua berita-berita yang aku tonton, jujur buat pusing. Rasanyaaa ...
Jadwal semula yang ditetapkan KPU yaitu pukul 16.00 WIB untuk menetapkan Presiden terpilih terpaksa diudur hingga pukul 20.25 WIB mengingat rekapitulasi belum usai. Di jam-jam kritis, saya memilih menjauh dari 'mata tertuju' dan berpaling ke masa anak-anak (nonton Masya and The Bear :D). Mengapa ? Karena saya ingat ini bulan Suci Ramadhan, lagi pada puasa, tak mau menodai dengan hal-hal yang memancing suasana yang kondusif dan penuh berkah ini. Hihihi^^
Mata saya memang nonton Masya and The Bear. Tapi hati ? Hati justru berkelana sesuka yang ia mau. Hati berlari pada moment-moment penting yang sudah dan sedang terlewat. Sampai di satu titik, teringat 17 agustusan, teringat setiap tanggal tersebut ulang tahun negara kita, upacara bendera, panduan suara 17 Agustus, dan tak ketinggalan berbagai lomba menarik dan wajib/ciri khas menyemarakan hari bahagia Negara kita, Indonesia.
Lomba makan kerupuk, balap karung, tarik tambang, sepeda rias, memasukkan air ke dalam botol, menangkap belut, futsal, bawa kelereng, sebagian kecil lomba yang pernah ada dan saya ikuti di RW setempat dan sekolah. Satu tujuan yang ada di benak peserta adalah kemenangan. Saya teringat masa-masa itu, bagaimana saya dan teman-teman bersaing untuk menjadi juara (biarpun hadiahnya bukan tiket gratis ke Jepang atau Amerika). Kita sama-sama mempersiapakan segala hal berakaitan dengan lomba yang kita ikuti, kadang-kadang kita diskusi. Pada saat perlombaan, kita lakukan maksimal, kita berkompitisi, dan saat pengumanan perlombaan... tak jarang jauh dari prediksi kita. Dan sudah hukum alam, dalam pertandingan atau perlombaan pasti ada yang menang dan kalah. Selepas perlombaan... kita tetap bermain bersama, tertawa bersama, seolah kemenangan dan kekalahan itu tak pernah ada bahkan lomba itu hanya penghibur sesaat. Begitulah alur dari tahun ke tahun sampai bosan :D
Membayangkan hal itu rasanya bahagia banget. Tak ada ketakutan yang berarti. Tak ada emosi yang berarti. Ketika balik kepada kenyataan (baca: pesta demokrasi), terlalu menakutkan. Terlalu banyak emosi. Terlalu dan terlalu lainnya. Hmm.. iya sich pertandingan ini levelnya bukan 17 agustusan, tapi.... Alangkah indahnya jika di level tinggi pun bisa seperti level rendah.
Pelajaran apakah yang aku dapatkan ?
Ternyata, Tradisi lomba makan kerupuk, balap karung, tarik tambang, dll setiap hari jadi Indonesia bukan sebuah tradisi biasa. Tanpa kita sadari, Indonesia sedang membentuk kita sejak kecil memaknai sebuah kemenangan dan kekalahan. Apa artinya kompitisi. Apa arti kebersamaan.
Pada akhirnya, kemenangan dan kekalahan adalah tanggung jawab. Jika menang, maka bertanggungjawab mempertahankan kemenangan tersebut, mengeskpor apa yang ada pada kemenangan yang kita raih. Jika kalah, maka bertanggungjawab memperbaiki diri, meevaluasi kemampuan kita, dan belajar lebih banyak lagi. Bukan, yang menang lalu sombong, merasa paling hebat, merasa paling pintar sementara yang kalah, langsung mencap dirinya tak berharga, bodoh, marah-marah bahkan ekstrimnya bunuh diri.
Dan harusnya wajah pesta Demokrasi (bahkan demokrasi itu sendiri) seperti cikal bakal nenek Moyang kita (tradisi 17 Agustusan) bukan kekalahan dan kemenangan yang menjadi tolak ukur, tetapi bagaimana menjalankan sebaik-baiknya kekalahan dan kemenangan itu. Pepatah bilang; "Roda kehidupan terus berputar". Jika kita tidak melakukan sebaik-baiknya kemenangan, kemenangan itu bisa menjadi kekalahan. Begitu pula sebaliknya, jika menjalankan dengan baik, kekalahan itu bisa menjadi kemenangan.
Menjadi pemimpin tak harus duduk di kursi Presiden. Tak harus menjadi anggota DPR, kepala sekolah, kepala dosen, kepala perusahaan, apapun yang disebut kekuasaan. Dimana pun saat ini kita ditempatkan (rumah, sekolah/kampus, kantor) apapun status kita (pelajar, pekerja), berapapun usia kita (anak-anak, muda, tua), kita bisa menjadi pemimpin. Ingat, kalau kita kalah karena Tuhan sayang sama kita, kalau kita menang, Tuhan juga sayang sama kita :) Sebab, setiap kita sudah memiliki ceritanya sendiri, yang dirangkai oleh tangan-Nya yang perkasa. Setiap kita punya panggilan dan tujuan-Nya masing-masing dan akhir dari semua itu untuk saling melengkapi :)
Biarlah, pesta Demokrasi ini menjadi pelajaran penting untuk kita dan menjadi kisah klasik buat anak cucu kita (teuteup :D)
Congratulation to our new President Ir. H. Joko Widodo and new Governor DKI Jakarta Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM. :)
Congratulation Indonesia :))
Oh ya, Happy Indonesia Children's Day too :)
#DamaiIndonesiaku
#SpecialDay
#Bahagiaitusederhana
#July2014
Read more at http://uniqpost.com/profil/basuki-tjahaja-purn